BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pemakaian kata secara tepat dalam kalimat merupakan
cirri khas bahasa Indonesia ragam ilmiah. Kata-kata yang digunakan ialah yang
bermakna tunggal dan denotatif. Kata yang bermakna tunggal digunakan untuk
menghindari timbulnya berbagai penafsiran terhadap gagasan yang dikemukakan
dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kata yang bermakna denotatif ialah
kata-kata yang mengandung makna sebenarnya tanpa dikaitkan dengan nilai rasa.
Kata adalah unsur bahasa terkecil yang dapat berdiri
sendiri dan mempunyai makna.
Untuk memperoleh ketepatan penggunaan kata dalam
kalimat, penulis karangan ilmiah harus paham betul akan makna ataupun konsep
yang terwakili dalam kata-kata yang dipilihnya.
Dalam memilih kata yang tepat untuk suatu kalimat
dibutuhkan pengetahuan tentang gagasan yang dikemukakan dalam kata itu. Di
samping itu, pengetahuan tentang ciri-ciri kata benda, kata kerja, dan kata
sifat harus pula kita miliki.
B.
Tujuan dan Kegunaan Penulisan
Dengan
rumusan-rumusan tersebut di atas, tujuan yang ingin dicapai oleh penyusun
adalah untuk mengetahui ;
1.
Mengetahui cara penggunaan kata yang sesuai dengan kaidah serta norma- norma berbahasa.
2.
Mengetahui penyebab kata keluar dari kaidah serta norma-norma berbahasa.
BAB II
KAIADAH
MAKNA
A. Pengertian Tentang Kata
Kata adalah apa yang kita ucapkan atau kita dengar. Kalau kita
mendengar/membaca suatu kata, dalam benak kita timbul gambaran. Bagi kita
gambaran itu merupakan makna kata tersebut.
Definisi
kata yang dikemukakan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
yaitu kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.
(Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa : 395). Contoh :
Hubungan antara kata durian dengan maknanya dapat digambarkan sebagai
buah yang berduri-duri yang isinya enak dimakan = referensi.
Kata
merupakan bentuk istilah yang dapat berdiri sendiri sebagai unsur kalimat yang
terdiri atas bentuk dasar, bentuk akar, gabungan bentuk dasar atau akar, dan
bentuk berimbuhan atau gabungannya. Bila ditinjau dari sudut ortografi, kata
adalah merupakan bentuk istilah yang ejaannya di teks diapit oleh spasi.
Di
samping iu, kata adalah merupakan susunan beberapa huruf yang sedemikian rupa
sehingga mengandung arti atau makna.
B. Makna Kata (Semantik)
Kata
adalah salah satu unsur dasar bahasa yang sangat penting dengan kata-kata kita
berpikir, menyatakan perasaan serta gagasan dengan kata-kata orang menjalin
persahabatan, dua bangsa melakukan perjanjian perdamaian dan kerjasama. Tapi
sebaliknya dengan kata-kata pula mungkin suatu pertengkaran bahkan peperangan
dimulai. Sedangkan semantik adalah ilmu bahasa yang mengupas arti dan
makna kata.
Jika
di dalam bahasa setiap kata hanya melambangkan tepat satu objek atau konsep
akan berkuranglah kesulitan komunikasi antara anggota suatu masyarakat.
Kenyataan tidak demikian, hubungan antara kata dengan maknanya sering menjadi
rumit. Ada beberapa kata yang mempunyai makna yang sama atau mirip, seperti
kata-kata: hasil, produksi, prestasi, wajah, muka, kabar, berita, warta, buku,
kitab,dan sebagainya.
Perlu
dikemukakan bahwa referensi pada individu-individu mungkin berbeda, sesuai
dengan pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Kaidah makna mengacu kepada
persyaratan ketetapan pemilihan kata sebagai lambang objek, pengertian atau
konsep.
Makna kata (semantik) dibagi kedalam
beberapa golongan:
1)
Makna kata menurut nilai rasa digolongkan menjadi:
a.
kata dengan nilai rasa netral (tidak bermuatan sopan/kasar,baik/tidak baik, sopan/tidak
sopan).
Contoh:
akhlak
b.
Kata dengan nilai rasa positif (bermuatan halus/sopan).
Contoh:
tunasusila, pramuwisma, wanita.
c.
Kata dengan nilai rasa negatif (kasar, tidak baik, tidak sopan).
Contoh:
dibantai, cabul, aib.
2)
Makna kata menurut jenisnya digolongkan menjadi:
a. Leksikal, makna
kata berasalkan arti yang terdapat dalam kamus.
Contoh:
cangkul = alat pembajak tradisional yang digunakan petani.
b.
Dramatikal, makna yang terbentuk oleh kedudukan dan fungsi kata dalam kalimat.
Contoh:
Ia akan pergi besok (besok = menyatakan waktu).
c. Denotatif, makna
kata yang sesuai dengan arti kata itu sendiri.
Contoh:
Kata hijau menyatakan warna. Kata menyuapi menyatakan arti memasukan makanan
lewat mulut.
d.
Konotatif, kata dalam sebuah kalimat (maknanya) apabila tidak mengungkapkan
makna sebenarnya yang mengacu pada kekhasan/mengandung tambahan nilai rasa.
Contoh:
Kata bulan dalam ungkapan kejatuhan bulan menjadi bulan, berbulan madu, bulan
muda, arti konotatif makna yang tak sebenarnya. Hidup dibalik jeruji besi makna
dipenjara.
e. Idiomatis, idiom maknanya tidak dapat
dijabarkan dari unsur-unsurnya.
Contoh:
Ringan tangan (suka memukul), Meja hijau (pengadilan), Besar kepala (sombong), Tangan
besar (berkuasa)
3)
Makna kata menurut perubahan makna digolongkan menjadi:
a. Amelioratif,
makna dirasakan lebih tinggi/lebih baik dari sebselumnya.
Contoh:
Wanita (dahulu lebih baik perempuan), Istri (dahulu lebih banya menggunakan
bini).
b. Peyoratif, makna
kurang baik dari sebelumnya .
Contoh:
Grombolan, sindikat.
c.
Meluas, makna lebih luas dari makna kata itu sebenarnya dan lebih luas dari
arti kata itu sendiri.
Contoh:
Ibu, bapak (makna kata hanya orang tua tapi jua orang yang lebih tua/atasan).
d.
Menyempit, makna lebih sempit dari makna kata itu pada waktu sebelumnya
Contoh:
Pendeta, sarjana.
e. Asosiasi, makna
muncul karena sifatnya yang sama.
Contoh:
Amplop, pelicin.
f.
Sintesia, makna muncul karena pertukaran tanggapan dua indera yang berbeda.
Contoh:
Matanya mencium gelagat yag aneh, Rayuannya manis terasa.
4)
Makna kata berdasarkan hubungan makna dengan bentuk, dapat digolongkan menjadi:
a. Sinonim, makna
hampir sama.
Contoh:
Intropeksi (mawas diri), Egois (mementingkan diri sendiri).
b. Antonim, makna
berlawanan.
Contoh:
Baik (buruk) danUntung(rugi)
c. Homonim, bentuk
dan ucapannya sama.
Contoh: Pasang = taruhan, naiknya arus laut, Bunga = jenis
tumbuhan, imbalan/jasa yang diberiakn atas simpan pinjam.
d. Homograf,
pengucapan sama, makna berbeda, dilafalkan berlainan.
Contoh:
Tahu = mengetahui/jenis makanan, Seri = babak, imbang.
e. Homofon,
pengucapan sama, arti dan tulisan berbeda.
Contoh:
Bank-bang, Tang-tank.
f.
Hiponim, kata yang sejenis, maknanya dapat dicakup oleh yang menjadi
subordinatnya.
g.
Polisemi, kata yang dirangkai dengan kata yang lainnya akan tetap memiliki satu
alur.
Contoh:
Puncak prestasi, puncak bukit, puncak peristiwa.
C. Diksi atau Pemilihan Kata yang Tepat
Diksi
adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan
sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam
dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata
yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari
kamus. Kamus memberikan ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata.
Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.
Kata
yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin
disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu
harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Dalam
memilih kata-kata ada dua persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu persyaratan
ketepatan dan kesesuaian. Tepat artinya kata-kata yang dipilih dapat
mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan.
Untuk
memenuhi persyaratan ketepatan dan kesesuaian di dalam pemilihan kata, perlu
diperhatikan:
1.
Kaidah makna,
2.
Kaidah kalimat,
3.
Kaidah sosial, dan
4.
Kaidah karang-mengarang.
Dengan
kata lain, agar dapat memilih kata dengan tepat, pertimbangkan dengan cermat
apa gagasan yang ingin kita kemukakan, kepada siapa, dimana, dengan tujuan apa,
dalam situasi bagaimana, dan dalam rangka apa.
Dalam
penulisan, yang perlu diperhatikan adalah konotasi sosial, agar dapat
mengatakan gagasannya dengan tepat, seorang penulis harus tepat memilih kata
dengan konotasi yang tepat.
Pilihan
kata merupakan unsur yang sangat penting, karena pilihan kata ynag tidak tepat
dapat menimbulkan gangguan komunikasi terhadap pesan yang ingin disampaikan.
Oleh karena itu, masalah pemilihan kata dalam penulisan harus benar-benar
diperhatikan. Dalam hal ini kata yang tepat harus memenuhi syarat kebakuan,
kelaziman, dan kecermatan, yang masing-masing akan dibicarakan di bawah ini:
1. Kata yang Baku
Pemakaian
kata-kata yang belum diakui kebakuannya harus dihindari, misalnya kasih,
bikin, cuma, ngalamar, dan nggak. Bentuk baku untuk kata-kata itu adalah
memberi, membuat, hanya, melamar, dan tidak.
2. Kata yang lazim
Kata
yang lazim adalah kata yang sudah biasa digunakan dalam komunikasi secara
tertulis maupun lisan. Kata yang lazim juga berarti kata yang sudah dikenal
oleh masyarakat dan maknanya pun sudah diketahui secara umum. Dengan demikian,
pemakaian kata yang sudah lazim dapat mempermudah pemahaman pembaca terhadap
informasi yang disampaikan secara tertulis.
Kenyataan
tersebut memperlihatkan bahwa kata-kata yang pemakaiannya belum lazim hendaknya
dihindari karena hal itu dapat mengganggu kelancaran kamunikasi. Di samping
itu, kata-kata arkais dan kata-kata asing yang tidak diserap ke dalam bahasa
Indonesia sebaiknya juga dihindari.
3. Kata yang Cermat
Kecermatan
dalam pemilihan kata menyangkut kemampuan seseorang memilih sebuah kata yang
dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sesuai dengan maksud yang dikehendaki.
Untuk itu, seseorang mampu membedakan secara cermat kata-kata yang bersinonim,
maupun mengetahui kata-kata yang bermakna denotatif dan konotatif, serta mampu
memahami kata-kata mubazir yang perlu dihindari.
Dengan
kemampuan membedakan nuansa makna kata-kata yang bersinonim, seseorang dapat
memilih kata yang akan digunakan secara tepat. Kata melihat, menyaksikan, dan
menonton, misalnya, atau kata seluruh, segala, dan semua
merupakan kata yang bersinonim. Diantara kata-kata itu kita dapat memilih yang
paling tepat sesuai dengan nuansa makna yang dikehendaki.
Dengan
pengetahuan mengenai makna denotatif dan konotatif, kita dapat memilih kata
secara tepat sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Sementara
itu, dengan memahami kata-kata yang mubazir, kita dapat menghindari
pemakaiannya karena di samping tidak menghemat tempat, pemakaian kata yang
mubazir juga tidak ada gunanya. Beberapa kata yang dianggap mubazir sering
muncul karena pemakaian kata yang bersinonim secara bersama-sama, misalnya kata
sangat dan sekali atau adalah dan merupakan.
Kata-kata semacam itu sebenarnya bersinonim.Oleh karena itu, agar lebih efektif,
sebaiknya salah satu saja yag digunakan.
4. Ungkapan
Idiomatik
Ungkapan
idiomatik ialah instruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya
tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatik ialah kata yang
mempunyai sifat yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.
Ungkapan
yang bersifat idiomatik terdiri atas dua atau tiga kata yang dapat memperkuat
diksi di dalam tulisan. Contoh :
·
Menteri Dalam Negeri bertemu Presiden Gue
Dur. (salah)
·
Menteri Dalam Negeri bertemu dengan Presiden
Gus Dur (benar)
Unsur-unsur
dalam ungkapan idiomatik sudah tetap dan senyawa. Oleh karena itu, unsur-unsur
tersebut tidak boleh ditambahi, dikurangi, atau dipertukarkan.
Yang
termasuk ungkapan idiomatik itu, antara lain: sesuai dengan,bertemu
dengan,berhubung dengan,sehubungan dengan,bertalian dengan dan sebagainya.
5. Ungkapan
Penghubung
Ungkapan
penghubung dalam bahasa Indonesia ada dua, yaitu ungkapan penghubung
intrakalimat dan ungkapan penghubung antarkalimat. Ungkapan penghubung
intrakalimat berfungsi menghubungkan unsur-unsur dalam suatu kalimat. Yang
termasuk ungkapan penghubung intrakalimat, antara lain:
1.
baik…maupun
Pasangan
baik adalah maupun, bukan ataupun, dan bukan pula atau.
Contoh: Dalam rapat itu akan dibicarakan berbagai
masalah, baik yang menyangkut konsolidasi ke dalam maupun yang
menyangkut koordinasi ke luar.
2. antara…dan
Pasangan
antara adalah dan, bukan dengan.
Contoh: Saya
harap saudara menjelaskan dahulu bagaimana perbandingan produksi tahun lalu, antara
produksi pabrik A dan produksi pabrik B.
3. seperti dan misalnya
Ungkapan
seperti merujuk kepada uraian selanjutnya, sedangkan misalnya
merujuk kepada uraian sebelumnya. Dalam hal seperti ini tidak dapat
dipertukarkan.
Contoh: Kami mohon dikirimi bahan-bahan bangunan, seperti
semen, bata merah, pasir, dan kayu.
Penempatan
tenaga baru, misalnya, termasuk masalah utama yang akan dibicarakan
dalam rapat tersebut.
4. demikian dan sebagai berikut
Ungkapan
demikian merujuk ke dalam uraian sebelumnya, sedangkan ungkapan sebagai
berikut merujuk ke dalam uraian selanjutnya.
Contoh:
Yang harus saudara siapkan adalah hal-hal sebagai berikut
· Gambar
bangunan yang direncanakan
· Denah
tanah yang akan digunakan
· Rincian
biaya yang diperlukan
5. Ungkapan Bersinonim
Bagian
ini sangat erat dengan bagian 3 tentang kata yang cermat. Di sini dilengkapi
dengan contoh pemakaian yang salah (tidak baku) dan contoh pemakaian yang benar
(baku). Ungkapan-ungkapan yang bersinonim berikut tidak digunakan sekaligus
karena penggunaan dua kata yang berarti sama merupakan penulisan yang mubazir.
Contoh:
·
sejak dan dari (tidak digunakan dalam
satu kalimat)
·
adalah dan merupakan (tidak digunakan
sekaligus)
·
demi dan untuk (tidak digunakan
sekaligus)
·
seperti dan lain sebagainya (tidak
digunakan sekaligus)
·
antara lain dan lain-lain (tidak
digunakan sekaligus)
6. Kata-kata yang Bermiripan
Dalam
bahasa Indonesia terdapat kata-kata yang bermiripan, baik dari segi bentuk
maupun dari segi makna. Bahkan, dari segi makna boleh dikatakan bahwa kata-kata
tersebut bersinonim. Yang termasuk kata-kata bermiripan antara lain:
a)
Kata suatu dan sesuatu
Kata
suatu dan sesuatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu
tidak diikuti oleh kata denda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh
kata benda.
Contoh:
§ Ia
mencari sesuatu.
§ Pada
suatu waktu ia datang dengan wajah berseri-seri.
b) Masing-masing dan tiap-tiap
Kata
masing-masing dan tiap-tiap tidak akan sama pemakaiannya. Kata masing-masing
tidak diikuti kata benda, sedangkan kata tiap-tiap harus diikuti kata benda.
Contoh:
·
Tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga
puluh orang.
·
Masing-masing mengemukakan keberatannya.
c)
Kata pukul dan jam
Pemakaian
kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul menunjukan
waktu, sedangkan jam menunjukan jangka waktu.
Contoh:
Seminar
tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 8.00 s.d. pukul 12.00.
d)
Kata dari dan daripada
Pemakaian kata dari
dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk
menunjukan asal sesuatu, baik bahan maupun arah.
Contoh:
·
Ia dapat tugas dari atasannya.
·
Duduk lebih baik daripada berdiri.
D. Bentuk-bentuk Kata (Morfologi)
Morfologi
adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk
struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap kelas
kata dan arti kata. Morfologi mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa
sebagai dasar bahasa sebagai satuan gramatikal (verhaar,1996).
Ada
dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia.
Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kosakata yang
sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.
Dari dalam bahasa
Indonesia terbentuk kata baru, misalnya:
·
tata daya
serba
·
tata buku daya tahan serba putih
·
tata bahasa daya taik serba kuat
Dari luar bahasa
Indonesia terbentuk kata-kata melalui pemungutan kata, misalnya:
·
Bank wisata
·
kredit santai
·
valuta nyeri
Kita
sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa asing.
Kontak bahasa memang tidak dapat diletakkan karena kita berhubungan dengan
bahasa lain. Oleh sebab itu, pengaruh-mempengaruhi dalam hal kosakata pasti
ada. Oleh sebab itu, Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang kini telah
beredar di seluruh Nusantara sangat membantu upaya itu.
Kata-kata
pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh
kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda atau situasi tertentu yang
belum dimiliki oleh bahasa Indonesia. Pemungutan kata-kata asing yang bersifat
internasional sangat kita diperlukan karena kita memerlukan suatu komunikasi
dalam dunia dan teknologi modern, kita memerlukan komunikasi yang lancar dalam
segala macam segi kehidupan
Kata-kata
pungut itu ada yang dipungut tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah.
Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia disebut bentuk
serapan.
Bentuk-bentuk
serapan itu ada empat macam:
1.
Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan
bahasa Indonesia. Yang termasuk kata-kata itu adalah:
Ø bank,
opname, dan golf
2.
Kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa Indonesia.
Yang termasuk kata-kata itu adalah:
Ø subject subjek, apotheek apotek dan standard standar.
3.
Kita menerjemahkan istilah-istilah asing ke dalam bahasa Indonesia.Yang
tergolong ke dalam bentuk ini adalah:
Ø meet
the pers jumpa pers, up to date mutskhir,
Ø starting
point titik tolak,
4.
Kita mengambil istilah yang tepat seperti aslinya karena sifat
keuniversalannya. Yang termasuk golongan ini adalah:
Ø de
facto,Status quo,cum laude dan ad
hoc.
Dalam
menggunakan kata terutama dalam situasi resmi, kita perlu memperhatikan
beberapa ukuran.
1.
Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa
setempat dihindari.
Misalnya: nongkrong
dan Raun
Kata-kata itu dapat
dipakai kalau sudah menjadi milik umum.
Contoh:lugas kelola
dan heboh pamrih
2.
Kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai
secara cermat dan hati-hati agar sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan.
Contoh:tunanetra (buta),
tunarungu (tuli) dan tunawicara (bisu).
3.
Kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah
dipakai oleh masyarakat.
Contoh: Konon puspa
danLaskar didaulat.
Sebuah kata
dikatakan baik kalau tepat arti dan tepat tempatnya, seksama dalam
pengungkapan, lazim, dan sesuai dengan kaidah ejaan.
Salain dari dua
pembentukan kata di atas, ada bentuk kata-kata lain yang tidak kalah
pentingnya. Diantaranya:
1) Kata abstrak dan
konkret
Adalah
kata-kata yang mempunyai referen berupa konsep. Sedangkan kata kongkrit
mempunyai referen berupa objek yang dapat dilihat, didengar, diraba, dan
dirasakan.
Kata
yang acuannya semakin mudah diserap oleh pancaindra disebut kata konkret,
seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara.Jika acuan
sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata abstrak,
seperti gagasan, dan perdamaian.
Kata
abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu
membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi,
jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan,
karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.
2) Kata umum dan
khusus
Kata
umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang
lingkup suatu kata, makin umum sifatnya dan makin sempit ruang lingkupnya makin
khusus sifatnya. Yang termasuk ke dalam kata khusus adalah nama diri, nama-nama
geografi, dan kata-kata seperti untuk peraba, halus, kasar, lembut, untuk
pengecap manis, asam, dan pedas.
Kata
ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak
hanya mujair atau tawas, tetapi ikan terdiri atas beberapa macam, seperti
gurame, lele, sepat, dan sebagainya. Dalam hal ini, kita yang acuannya lebih
luas disebut kata umum,seperti ikan, sedangkan acuannya lebih khusus
disebut kata khusus, seperti gurame, lele, sepat.
Pasangan
kata umum dan kata khusus harus dibedakan dalam pengacuan yang generik
(umum) dan spesifik (khusus).
3) Kata popular dan
kajian
Adalah
kata-kata yang dipergunakan pada berbagai kesempatan dalam komunikasi
sehari-hari dikalangan semua lapisan masyarakat.
Contoh:
besar, kecil, waktu, harga, batu. Sedangkan kata kajian adalah kelompok kata
yang hanya dikenal dan dipergunakan secara terbatas dalam kesempatan-kesempatan
tertentu.
Kata-kata ini adalah
kata-kata yang dipergunakan oleh para ilmuwan dalam makalah atau perbincangan
ilmiah. Biasanya kata-kata jenis ini merupakan kata serapan atau kata asing.
Contoh: makro,
transfer, minor, momentum, faktor, dan sebagainya.
4) Jargon
Adalah
kata-kata teknis yang digunakan secara terbatas dalam bidang ilmu,profesi, atau
kelompok tertentu.
5) Kata serapan dan
kata asing
Dalam
memenuhi kebutuhan pengungkapan konsep-konsep ilmiah, banyak istilah bahasa
asing ataupun daerah yang diindonesiakan. Dalam kenyataan, masih banyak ilmuwan
ataupun mahasiswa yang keliru menulis istilah tersebut. Seperti istilah standar
diindonesiakan dari kata standard, istilah standardisasi diindonesiakan dari
kata standardization. Jadi, kata standardisasi tidak dibentuk dari kata standar
dalam bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, bentuk standarisasi salah.
Istilah
yang diambil dari bahasa asing dapat berupa bentuk dasar maupun akar ataupun
bentuk devirasinya. Pada prinsipnya diambil bentuk tunggal (singular), kecuali
kalau konteksnya condong bentuk jamak (plural). Dalam memilih bentuk di atas
perlu mempertimbangkan:
1.
konteks situasi dan ikatan kalimat,
2.
kemudahan belajar bahasa, dan
3.
kepraktisan.
Pembentukan
kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan konsisten.
Kalau kita perhatikan dengan seksama, bentukan-bentukan kata itu memiliki
hubungan dengan yang satu dan yang lain. Dengan kata lain, terdapat kolerasi
diantara berbagai bentukan tersebut.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Ada tiga point penting tentang masalah kata, diantaranya:
1.
Dalam berbahasa, haruslah berbahasa dengan baik dan
benar, begitu pun dengan menggunakan kata yang harus ditingkatkan lagi, karena
kata merupakan unsur yang sangat penting dalam berkomunikasi.
2.
Masalah kata dapat keluar dari norma-norma jika tidak
dijaga dengan baik dan benar, sehingga tidak dapat lagi berfungsi untuk
berkomunikasi. Maka dari itu, gunakanlah kata sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan.
3.
Dengan berubahnya perkembangan zaman , bahasa dan kata
salah satunya, jarang sekali digunakan dengan bahasa sopan, apalagi ketika kita
bergaul dengan orang lain, seyogyanya kita harus meningkatkan, baik itu bahasa
maupun kata-kata yang biasa digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Arifin,
zaenal. 2004. Cermat Berbahasa Indonesia .Jakarta: Akademika Pressindo.
Ø Arifin,zaenal.
2005. Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.gramedia Widiasara Indonesia.
Ø Nazar,
Noerzisri. 2004. Bahasa Indonesia Karangan Ilmiah. Bandung: Humaniora.
Ø Ibrahim,
kasir.1993.kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Pustaka Tinta Mas.