Daftar Blog Saya

Kamis, 13 Oktober 2011

Landasan Psikologi Agama dan Kecerdasan Moral_001


BAB I
PENDAHULUAN

Sejak zaman pencerahan (renaissance). Ilmu pengetahuan sangat diagungkan sebagai lambang kemajuan peradaban, inteligensi naik daun dan dianggap sebagai prediktor utama kesuksesan dalam hidup. Seseorang dianggap cerdas jika memiliki intelligence quotient (IQ) yang tinggi.
Kecerdasan lain seperti kecerdasan emosi (EQ), kecerdasan moral (MQ), kecerdasan spiritual (SQ) kurang diperhatikan bahkan hanya sebagai pelengkap. Sebagai contoh, pelajaran matematika, fisika ( ilmu pengetahuan sain), biologi, bahasa Inggris diberikan 4 – 5 kali jam pelajaran dalam seminggu sedangkan pelajaran agama, moral hanya 2.
Hasilnya, terjadilah ketimpangan kepribadian : cerdas, pintar dalam sain dan teknologi namun buta dalam perkara ibadah kepada Tuhan, hubungan dengan manusia dan lingkungan. Penemuan- penemuan bukannya menjadi alat untuk mensejahterakan umat manusia namun sebaliknya menjadi perusak bahkan pemusnah. Ini hanyalah salah satu akibat dari pengahambaan pada peningkatan IQ. “Bila IQ yang berkuasa, ini karena kita membiarkannya berbuat demikian. Dan bila kita membiarkannya berkuasa, kita telah memiliki penguasa yang buruk”. ( Robert Stenberg). Manusia adalah makhluk dua dimensi yang memerlukan penyelarasan jasmani dan ruhani, otak dan hati. “Engkau berpikir tentang dirimu sebagai seonggok materi semata, padahal di dalam dirimu tersimpan kekuatan tak terbatas” Ali bin Abi Thalib.



BAB II
LANDASAN PSIKOLOGI DAN KECERDASAN MORAL

A.      Pengertian Kecerdasan Moral
“Kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal yang benar dan yang salah: artinya, memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan tersebut” Michele Borba
Kecerdasan yang sangat penting ini mencakup karakter utama seperti kemampuan memahami penderitaan orang lain dan tidak bertindak jahat; mampu mengendalikan dorongan dan menunda pemuasan; mendengarkan dari berbagai pihak sebelum memberi penilaian; menerima dan menghargai perbedaan; bisa memahami pilihan yang tidak etis; dapat berempati; memperjuangkan keadilan dan menunjukan kasih sayang dan rasa hormat terhadap orang lain.
Ada krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam masyarakat kita saat ini dan melibatkan milik kita yang paling berharga yaitu anak-anak kita. Semua orang sepakat kita menghadapi persoalan; para pembuat kebijakan, dokter, pemuka agama, pengusaha, pendidik, orang tua, dan masyarakat umum, semuanya mensuarakan kekhawatiran yang sama. Kita memang harus khawatir. Setiap hari berita-berita berisi tragedi yang mengejutkan dan statistik mengenai anak-anak membuat kita tercengang, khawatir, dan berusaha mencari jawaban atas persoalan tersebut. Tak terhitung kasus-kasus kejahatan, kekerasan, dan tindak kriminal lain yang pelakunya adalah anak-anak.
Demikianlah yang terjadi, anak-anak semakin tenggelam dalam persoalan yang serius karena mereka tidak pernah mempelajari kecerdasan moral. Penyebab merosotnya moralitas sangatlah kompleks, dapat disimpulkan ada dua faktor.
1.             Sejumlah faktor sosial kritis yang membentuk karakter bermoral secara perlahan mulai runtuh, yaitu pengawasan orang tua, teladan perilaku bermoral, pendidikan spiritual dan agama, hubungan akrab dengan orang dewasa, sekolah khusus, norma-norma sosial yang jelas, dukungan masyarakat, stabilitas dan pola asuh yang benar.
2.             Anak-anak secara terus-menerus menerima masukan dari luar yang bertentangan dengan norma-norma yang kita sedang tumbuhkan.
Tantangan semakin besar karena pengaruh buruk tersebut muncul dari berbagai sumber yang mudah didapat. Televisi, film, video, permainan, musik pop, dan iklan memberikan pengaruh terburuk bagi moral mereka karena mensodorkan sinisme, pelecehan, materialisme, seks bebas, kekasaran, dan pengagungan kekerasan, ditambah lagi dengan dunia internet yang memudahkan anak-anak mengakses hal-hal negatif seperti pornografi, penyiksaan dll.
Membangun kecerdasan moral sangat penting dilakukan agar suara hati anak bisa membedakan yang benar dan mana yang salah, sehingga mereka dapat menangkis pengaruh buruk dari luar. Kecerdasan moral dapat dipelajari dan kita bisa mulai mengajarkannya sejak balita, sekolah juga tidak boleh lepas dari peran ini. Karena, seorang anak yang sudah duduk di bangku sekolah, akan menghabiskan sebagian dari waktunya di sekolah, berinteraksi dengan guru –guru yang berperan sebagai pengajar dan pendidik dan teman-teman yang dapat memberikan pengaruh positif dan juga negatif.
Michele Borba dalam bukunya Membangun Kecerdasan Moral menguraikan cara-cara membanguan kecerdasan moral sejak usia dini dan tentunya juga berguna jika diterapkan disekolah. Kecerdasan Moral terbangun dari tujuh kebajikan utama yaitu:
1.             Empati, merupakan inti emosi moral yang dapat membantu anak memahami perasaan orang lain. Kebajikan ini membuat anak menjadi peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain, dan mendorongnya menolong orang yang memerlukan bantuan, serta memperlakukan orang dengan kasih sayang.
2.             Hati Nurani adalah suara hati yang membantu anak memilih jalan yang benar serta tetap berada di jalur yang bermoral; membuat dirinya merasa bersalah ketika menyimpang. Kebijakan ini merupakan fondasi bagi sifat jujur, tanggung jawab, dan integritas diri yang tinggi.
3.             Kontrol Diri, membantu anak menahan dorongan dari dalam dirinya dan berpikir sebelum bertindak, sehingga ia melakukan hal yang benar. Kebajikan ini membuat anak menjadi mandiri.Sifat ini akan membangkitkan sifat murah dan baik hati dan tidak egois.
4.             Rasa Hormat, mendorong bersikap baik dan menghormati orang lain, sehingga mencegah anak berbuat jahat, tidak adil, bertindak kasar dan bersikap memusuhi, dan juga anak akan memperhatikan hak-hak serta perasaan orang lain.
5.             Kebaikan Hati membantu anak mampu menunjukan kepedulian terhadap kesejahteraan dan perasaan orang lain. kebajikan ini menjadikan anak lebih belas kasih dan tidak hanya memikirkan diri sendiri.
6.             Toleransi membuat anak mampu menghargai perbedaan kualitas dalam diri orang lain, terbuka terhadap pandangan dan keyakinan baru dan menghargai tanpa membedakan suku, gender, penampilan, budaya ,dll.
7.             Keadilan menuntun anak agar memperlakukan orang lain dengan baik, tidak memihak serta adil.

B.       Moral dari perspektif agama
Moral secara bahasa bermakna tingkah laku, kebiasaan, sedangkan dalam bahasa agama, dalam hal ini Islam, Moral sama dengan Akhlak.
Secara bahasa, akhlak berasal dari kata al-khuluq yang berarti kebiasaan (as-sajiyah) dan tabiat (at-thab’u).Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah sifat-sifat yang diperintahkan Allah kepada seorang muslim untuk dilaksanakan ketika ia melakukan aktivitasnya. Sifat-sifat akhlak ini tampak pada diri seorang muslim tatkala ia melaksanakan berbagai aktivitas seperti ibadah, mu’amalah dan lain sebagainya.
Akhlak merupakan bagian dari syariat Islam, yakni bagian dari perintah dan larangan Allah yang berhubungan dengan sifat-sifat seperti :
Jujur

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (QS At Taubah:119) .
Sabar
Hai orang-orang yang beriman bersabarlah kalian dan teguhkanlah kesabaran kalian.(QS.’Ali Imran:200)
Lemah lembut
 Karena rahmat dari Allah, engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka, sekiranya engkau berlaku keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. (QS.’Ali Imran:159)
Mengutamakan orang lain untuk memperoleh kebaikan.
Mereka mengutamakan (orang Muhajirin) atas (kepentingan mereka walaupun mereka dalam kesusahan.(QS.Al Hasyir:9)
Khusyu dalam sholat.
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang mukmin, yakni orang-orang yang khusyu’ di dalam sholatnya. (QS.Al Mukminun:1-2)
Adil
Apabila kalian menghukum di tengah-tengah manusia maka hendaklah kalian menghukum dengan adil. (QS.An Nisa:58)
Kasih Sayang
Dan dia termasuk orang-oarng yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih saying. (QS.Al Balad:17)
menjauhkan diri dar hal-hal yang buruk misal menghasud, berdusta.
Dari kejahatan orang yang menghasud (QS.Al Falaq:5)
Sifat –sifat ini hanyalah sedikit contoh dari akhlak/moral yang ada dalam Islam.
Kekhususan –kekhususan akhlak dalam Islam:
1.        Akhlak Islam tidak mungkin dipisahkan dari hukum-hukum syariat lainnya seperti ibadah, muamalah, artinya terikat dengan perintah-perintah dan larangan-larangan Allah lainnya.
2.        Akhlak Islam tidak tunduk pada keuntungan materi artinya sifat akhlak Islam kadang membawa pada kemudlaratan dan kadang mendatangkan manfaat.Misalnya, berkata jujur di depan penguasa zhalim akan menanggung siksa. Rasulullah saw. bersabda:
Pemuka para syuhada adalah Hamzah dan seseorang yang berdiri di hadapan penguasa yang zhalim dan menasehatinya, kemudian penguasa itu membunuhnya.
3.        Akhlak Islam selaras dengan fitrah manusia, misalnya memuliakan tamu. Selaras dengan naluri mempertahankan diri , misalnya membantu orang yang sedang membutuhkan. Selaras juga dengan naluri untuk melestarikan keturunan, misalnya kasih sayang dan berbuat kebajikan.
Islam adalah agama yang paripurna, Islam mengatur setiap sisi kehidupan manusia tidak terkecuali akhlak. Akhlak kepada:
Orang tua
Dan Kami telah perintahkan kepada manusia(untuk berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya. Ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah bertambah lemah serta menyapihnya selama 2 tahun. Maka bersyukurlah kepada-Ku dan kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kembalimu.(QS.Luqman:14)
Manusia
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karea sesungguhnya kamu tidak akan dapat menebus bumi ini dan juga sekali-kali kamu tidak akan mencapai tingginya gunung.(QS.Al Isra:37)
Makhluk yang lain.
Dari buah kurma dan anggur kamu buat miniman yang memabukkan serta rizki yang baik. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda(kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkannya.(QS.An Nalh:67)

C.      Pengertian Kecerdasan Spiritual
Spiritual diambil kata spiritus yang artinya sesuatu yang bisa memperkuat vitalitas hidup kita. Spiritual atau spiritus itu menurut teori dasarnya memang berbeda dengan agama. Spiritus adalah bawaan manusia dari lahir, sedangkan agama adalah sesuatu yang datangnya dari luar diri kita. Agama memiliki seperangkat ajaran yang dimasukan ke dalam tubuh kita. Ajaran agama, sejauh itu diserap dari kulit sampai isi maka akan meningkatkan spiritual kita.
Kecerdasan spiritual merupakan penemuan terkini secara ilmiah yang pertama kali digagas melalui riset yang sangat komprehensif oleh Danah Zohar (Harvard University)dan Ian Marshall (Oxford University). Beberapa pembuktian ilmiah tentang kecerdasan spiritual dipaparkan Zohar dan Marsahall dalam Spiritual Quotient, The Ulitimate Intelligence (puncak kecerdasan).
Pada tahun 1997 ahli saraf VS Ramachandran dan timnya dari California University menemukan eksistensi God Spot (Titik Tuhan) dalam otak manusia yang terbangun sebagai pusat spiritual yang terletak di bagian depan otak.
Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value (nilai), yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya , kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan yang lain.

D.      Kecerdasan Spiritual dari perspektif agama Islam
Firman Allah :
 “Tiadakah mereka mengembara di muka bumi, sehingga mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka mengerti, dan mempunyai telinga yang dengan itu mereka mendengar? Sungguh, bukanlah matanya yang buta, tetapi yang buta ialah hatinya, yang ada dalam (rongga) dadanya”. (QS. Al Hajj :46)
Menurut Ary Ginanjar Agustian dalam bukunya yang berjudul Emotional Spiritual Quotient Suara hati yang terletak pada God Spot yang menjadi landasan kacerdasan spiritual (SQ)..
Suara hati adalah suara yang cocok dengan sifat-sifat Tuhan (Allah) yang terdapat dalam Asmaul Husna seperti Maha Penolong, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Melindungi. berikut sebuah contoh yang menunjukan bahwa salah satu sifat Allah ditiupkan dalam hati manusia.
Menurut Robert K Cooper PhD, “Hati mengaktifkan nilai-nilai kita yang terdalam, mengubahnya dari sesuatu yang kita pikir menjadi yang kita jalani. Hati mampu mengetahui hal-hal mana yang tidak boleh, atau yang tidak dapat diketahui oleh pikiran kita. Hati adalah sumber keberanian dan semangat, integritas serta komitmen. Hati juga adalah sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita untuk melakukan pembelajaran, menciptakan kerjasama, memimpin serta melayani.”
Suatu hari kita melihat seorang teman yang sedang bersedih, kita bertanya apa yang terjadi dengannya kemudian ia menceritakan bahwa ia sedang memerlukan uang untuk biaya operasi anaknya. Mengetahui teman kita sedang dalam mendapat cobaan,muncul suara kita untuk menghibur, memberi semangat, dan juga memberikan bantuan.
Suara hati yang keluar tersebut adalah salah satu sifat Allah yang ditiupkan dalam hati manusia. Suara hati yang sama akan dirasakan oleh manusia di seluruh dunia baik ia orang kaya, miskin, penganut agama apapun jika ia berada dalam kondisi fitrah. Manusia memiliki nilai yang 1 (satu) bersifat universal dan ihsan
Menurut Al Qur’an, sebelum bumi dan manusia diciptakan, ruh manusia telah mengadakan perjanjian dengan Tuhannya.
“Bukankah Aku Tuhanmu?’ Lalu ruh menjawab: “Ya, kami bersaksi!” (QS.Al A’raf:172). Menurut Muhammad Abduh bukti perjanjian tersebut ialah adanya fitrah iman dalam diri manusia dan menurut Prof Dr N Dryarkara SJ hal ini juga dikuatkan dengan adanya suara hati manusia yaitu yang mana itu adalah suara tuhan.Oleh karena itu, jika manusia berbuat keburukan, kemungkaran, suara hati nurani akan melarang. Jika manusia berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan nurani, ia akan menyesalinya.Menurut Mac Scheler, penyesalan adalah tanda kembalinya seseorang kepada tuhan.
Adakalanya suara hati terbelenggu dan hati nurani menjadi buta. Ary Ginanjar mengungkap ada 7 belenggu yang menghalangi munculnya suara hati pada God Spot yaitu Prasangka, Prinsip hidup, Pengalaman, Kepentingan, Sudut pandang, Pembanding, dan Fanatisme. Belenggu-belenggu ini mempengaruhi cara berpikir sehingga membuat manusia pasif, tidak produktif, tidak kreatif, berpikir sempit, tidak maju, tidak sinergi, tidak bahagia, dapat membawa manusia pada kesengsaraan bahkan kehancuran. Lalu bagaimana??
Suara Hati adalah sifat-sifat Tuhan yang ditiupkan dalam diri manusia, agar suara hati selalu muncul dan menjadi kekuatan dalam diri, harus kita ketahui maknanya, sehingga ketika kita mengucapkannya terus menerus hal tersebut akan membangun kekuatan pikiran bawah sadar ynag akhirnya membentuk sebuah kekuatan yang mampu mengikis belenggu-belenggu. inilah yang disebut Repetitive Magic Power yaitu zikir dan tasbih .Misalnya ucapan Subhanallah , dengan mengingat kesucian nama serta sifat Tuhan setiap,akan terus membantu mengendalikan kejernihan hati, tanpa didasari latar belakang, sudut pandang dan belenggu lain yang mengkotori kejernihan hati.
Allah berfirman : “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram.” (QS.Ar Ra’d : 28)
Dengan berzikir kita akan menjadi tenang dan memiliki harapan atas apa yang Allah janjikan, dalam sebuah hadits Nabi bersabda :
“Barangsiapa yang membaca: “Maha Suci Allah dan aku memujiNya” dalam seratus kali maka kesalahannya dihapus sekalipun seperti buih air laut”.
Suara hati manusia adalah kunci spiritual, dalam Islam, ia adalah pancaran sifat-sifat Ilahi. Misalnya, keinginan diperlakukan adil, hidup sejahtera, ingin mengasihi dan dikasihi adalah sifat-sifat Allah. Al Qur’an menyebutkan ada 99 sifat-sifat Allah yang dikenal dengan Asmaul Husna. Ary Ginanjar menyederhanakan sifat-sifat ini atau menjadi 7 nilai dasar dalam mengasah kecerdasan spiritual yaitu : Jujur, Tanggung Jawab, Disiplin, Kerjasama, Adil, Visioner, Peduli.
Sifat-sifat ini harus dijadikan dasar dan nilai yang akan memberikan “ meaning” (nilai ) bagi yang melaksanakan sehingga hidup menjadi lebih terarah dan bermakna bagi diri sendiri dan juga orang lain.Agar sifat-sifat ini mendarah daging dalam diri, kita perlu melatih diri,kita perlu mengasah kecerdasan spiritual kita. Sukidi, dalam bukunya yang berjudul Kecerdasan Spiritual, Rahasia Sukses Hidup Bahagia memberikan langkah-langkah cara mengasah kecerdasan spiritual yaitu:
1.             Kenali diri sendiri. Karena orang yang sudah tidak bisa mengenal dirinya sendiri akan mengalami krisis makna hidup maupun krisis spiritual.
2.             Lakukan intropeksi diri. Dalam bahasa agama dikenal dengan ‘pertobatan’ lakukan pertanyaan pada diri sendiri. Apa saja yang kita sudah lakukan, benar atau salah.
3.             Aktifkan hati secara rutin. Dalam konteks orang beragama ini disebut mengingat Tuhan, karena Dia adalah sumber kebenaran tertinggi dan kepada-Nya kita kembali. Mengingat Tuhan dapat dilakukan melalui sholat, berzikir, dan lain sebagainya yang dapat mengisi hati manusia dengan sifat-sifat Tuhan.
Setelah kita mengingat Sang Khalik, kita akan menemukan keharmonisan dan ketenangan dalam hidup. Misalnya kita tidak akan takut rezeki kita akan hilang karena rezeki kita sudah dijamin, namun kita justru harus takut untuk melakukan perbuatan yang dilarang. Kita tidak akan lagi menjadi manusia yang rakus akan materi, tapi dapat merasakan kepuasan tertinggi berupa kedamaian dalam hati dan jiwa, sehingga kita mencapai kesseimbangan dalam hidup dan merasakan kebahagiaan spiritual.



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya, dapat kita simpulkan bahwasanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan sesuatu yang penting bagi pemahaman seseorang terhadap lingkungan, serta proses berpikir dan ia dapat dikatakan salah satu factor penentu kesuksesan hidup seseorang. Tapi itu hanya sebatas syarat minimal meraih keberhasilan, kecerdasan emosilah yang sesungguhnya mengantarkan seseorang menuju puncak prestasi.
Memang IQ dan EQ adalah dua kecerdasan yang diperlukan untuk penyelarasan, penyelesaian masalah kebutuhan seseorang yang bersifat materi (jasmani), namun lebih dari itu manusia juga memerlukan konsep kecerdasan tinggi ynag mampu memenuhi keselarasan ruhaninya, kecerdasan itu tidak lain adalah kecerdasan spiritual (SQ) yang bersumber dari suara hati.
Kecerdasan ini tidak hanya mencakup hubungan vertikal yaitu hubungan manusia dengan Tuhannnya, tetapi juga hubungan horizontal yaitu bagaimana perilaku atau nilai-nilai yang dianut dalam interaksinya dengan sesama manusia ataupun dengan makhluk lainnya. Inilah yang dinamakan kecerdasan moral (MQ). Kecerdasan moral menjadikan hidup manusia memiliki tujuan.
Jika kita tarik benang merah, kecerdasan-kecerdasan tersebut diatas memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Kecerdasan Intelektual yaitu tingkat berpikir yang diperlukan dalam proses pemahaman seseorang terhadap diri sendiri dan lingkungan yang akan membawanya kepada persoalan spiritual misalnya asal dan tujuan hidup, jadi kecerdasan intelektual berpengaruh pada kecerdasan spiritual. Melalui pengenalan diri yang dalam, maka pengenalan terhadap orang lain dan lingkungan juga semakin baik, hal ini menimbulkan kepedulian terhadap sesama dan persoalan hidup yang dihadapi bersama, disinilah letak kecerdasan emosi. Lalu bagaimana dengan kecerdasan moral??.
Kecerdasan spiritual yang merupakan kecerdasan yang berasal dari suara hati nurani yang ada pada diri manusia diejawantahkan dalam perilaku, yang sesuai dengan sifat-sifat Tuhan. Inilah kecerdasan moral.
Kecerdasan moral sangat erat hubungannya dengan kecerdasan spiritual, seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang baik juga memiliki kecerdasan moral yang baik. Mengapa demikian?? Karena kecerdasan spiritual membimbing kita untuk mendidik hati menjadi benar. Secara vertikal, kecerdasan spiritual bisa mendidik hati kita menjalin hubungan dekat dengan Tuhan. Jika dalam Islam ditegaskan dalam Al.Qur’an : Ketahuilah, dengan berzikir ke hadirat Allah, hati kalian menjadi tenang”. Maka zikir (mengingat Allah dengan lafazh tertentu) merupakan salah satu metode kecerdasan spiritual untuk mendidik hati menjadi tenang dan damai. Secara horizontal, kecerdasan spiritual mendidik hati kepada budi pekerti yang baik dan moral yang beradab.
Di tengah arus demoralisasi perilaku manusia akhir-akhir ini, seperti sikap destruktif dan masifikasi kekerasan secara kolektif, kecerdasan spiritual tidak saja efektif untuk mengobati perilaku manusia yang destruktif tetapi juga menjadi tuntunan bagi manusia untuk mencapai hidup secara sopan dan beradab. Rasulullah saw. bersabda :
“Sesungguhnya yang paling ku cintai di antara kalian dan (termasuk) orang yang paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling baik akhlaknya”.(Hadits Riwayat Bukhari Muslim)
Semoga dengan mengetahui dan mendalami tentang kecerdasan moral dan kecerdasan spiritual ini, pikiran dan hati nurani kita akan lebih tercerahkan yang membawa perubahan pada diri kita khususnya sebagai pendidik dan dunia pendidikan pada umumnya. Amin.
B. Saran
Pendidikan yang bercorak kapitalis, akan membentuk pribadi anak didik menjadi kepribadian yang pecah(split personality), Sudah saatnya kita benahi sistem pendidikan kita yang hanya mengedepankan aspek intelektual, melunturkan nilai-nilai humanis.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Kariim
Agustian Ginanjar Ary. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. The ESQ Way 165 Jakarta Agra Publishing.
Sukidi 2004. Rahasia Sukses Hidup Bahagia, KECERDASAN SPIRITUAL, Mengapa SQ lebih penting daripada IQ dan EQ. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama.
Darmoyuwono Winarno, Dr.Ir.Msi. 2008. Rahasia Kecerdasan Spiritual.Jakarta PT. Sangkan Paran Media
Ubaedy AN. 2007. Quantum Tahajud.Jakarta Grafindo
Sentanu Erbe. 2007. Quantum Ikhlas Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati. Jakarta Elex Media Komputindo.
Abdullah Husain Muhammad. 2002 Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam. Bogor Pustaka Thariqul Izzah.
Borba Michele. Ed.D 2008. MEMBANGUN KECERDASAN MORAL, Tujuh Kebajikan Utama agar Anak Bermoral Tinggi. PT.Gramedia Pustaka Utama
Sa’id Syaikh. Kitab “Husnul Muslim” Kumpulan Do’a dan Dzikir dari Al Qur’an & Sunnah.

 
NO : 001


Sabtu, 08 Oktober 2011

RPP Akidah Akhlah Kelas VII Semester I Madrasah Tsanawiyah


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Nama Sekolah                   : Madrasah Tsanawiyah
Mata Pelajaran                   : Akidah dan Akhlak
Kelas/Semester                  : VII/1
Pertemuan Ke-                   : 1 dan 2
Alokasi Waktu                   : 4 × 40 menit
Standar Kompetensi          : Memahami dasar dan tujuan akidah Islam
Kompetensi Dasar             : 1. Menjelaskan dasar dan tujuan akidah Islam
                                             2. Menunjukkan dalil tentang dasar dan tujuan akidah Islam
Indikator                            : 1. Dapat menjelaskan dasar dan tujuan akidah Islam
  2. Dapat menunjukkan dalil tentang dasar dan tujuan akidah Islam
I.   Tujuan Pembelajaran
 1. Siswa mampu menyebutkan pengertian akidah Islam.
 2. Siswa mampu menunjukkan dasar dan tujuan akidah Islam.
 3. Siswa mampu menunjukkan dalil tentang dasar dan tujuan akidah Islam.
II.  Materi Pembelajaran
 1. Dasar dan tujuan akidah Islam
 2. Dalil tentang dasar dan tujuan akidah Islam
III. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab
2. Diskusi
3. Ceramah
IV. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan (Apersepsi)
a.    Guru menyampaikan beberapa pertanyaan sekitar materi pembelajaran untuk menarik perhatian siswa.
b.    Guru membagi para siswa ke dalam beberapa kelompok untuk persiapan diskusi.
c.    Siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ini.
2. Kegiatan Inti
a.    Guru menjelaskan pengertian akidah Islam. Sementara itu, siswa mendengarkan dan mencatat hal-hal yang dirasa penting untuk ditanyakan.
b.    Guru menjelaskan dasar dan tujuan akidah Islam.
c.    Untuk menghilangkan kejenuhan, guru memberi kesempatan bertanya jawab kepada siswa.
d.   Guru memberi kesempatan para siswa untuk mendiskusikan tujuan mempelajari akidah Islam.
e.    Selesai diskusi, guru meluruskan simpulan diskusi yang kurang tepat.

3. Kegiatan Penutup
a.    Untuk mengetahui kemampuan daya serap siswa, guru menyampaikan beberapa pertanyaan sekitar materi pembelajaran yang telah dibahas.
b.    Siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ini.

V.  Sumber Belajar
1.      Buku Membangun Akidah dan Akhlak 1 untuk Kelas VII Madrasah Tsanawiyah terbitan PT Tiga  Serangkai, Solo
2.      LKS MGMP Madrasah Tsanawiyah
3.      Buku lain yang relevan

VI. Penilaian
1. Teknik
    Tertulis
2. Bentuk Instrumen
    Tes uraian
3. Instrumen
Jawablah pertanyaan berikut ini secara singkat dan tepat!
a.       Jelaskan pengertian akidah Islam!
b.      Apakah kewajiban orang yang telah membaca dua kalimah syahadat (telah masuk Islam)?
c.       Sebutkan dasar akidah Islam!
d.      Bagaimanakah pandangan Islam apabila seseorang memercayai adanya sembahan selain Allah?
e.       Apakah tujuan mempelajari akidah Islam?






Barabai,    Desember 2010
Guru Mata Pelajaran




………………………………
NIP.
Mengetahui,
Kepala Sekolah




…………………………..
NIP.

 


Kamis, 22 September 2011

RPP Qur'an Hadits Kelas V Semester I

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Mata Pelajaran            :  Al-Qur’an dan Hadits
Kelas/Semester            :  V/1
Pertemuan Ke-            :  1–4
Alokasi Waktu            :  8 jam pelajaran
Standar Kompetensi   :  Memahami arti surah-surah pendek
I.              Kompetensi Dasar
1.             Menerjemahkan Surah al-Kafirun
2.             Memahami isi kandungan Surah al-Kafirun
3.             Menunjukkan isi kandungan Surah al-Kafirun
II.      Indikator
1.             Mampu menerjemahkan Surah al-Kafirun
2.             Mampu memahami isi kandungan Surah al-Kafirun
3.             Mampu menunjukkan isi kandungan Surah al-Kafirun
III.    Tujuan Pembelajaran
1.             Siswa dapat menerjemahkan Surah al-Kafirun dengan benar.
2.             Siswa dapat memahami isi kandungan Surah al-Kafirun dengan benar.
3.             Siswa  dapat  menunjukkan  isi  kandungan  Surah  al-Kafirun  dengan benar.
IV.    Materi Ajar
Arti Surah al-Kafirun
V.      Metode Belajar
1.             Informasi
2.             Tanya jawab
3.             Demonstrasi
4.             Praktik
VI.    Sumber  Belajar
1.             Buku Cinta Al-Qur’an dan Hadis MI 5 terbitan PT Tiga  Serangkai. Pustaka Mandiri, Solo
2.             Al-Qur’an dan Terjemahnya terbitan Depag RI 2006
3.             Buku tajwid
4.             Buku-buku lain yang relevan
VII.   Langkah-Langkah Pembelajaran
A.      Kegiatan Awal (Apersepsi)
1.             Guru memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan basmalah serta berdoa bersama.
2.             Guru  menjelaskan  secara  singkat  materi  yang  akan  dipelajari dengan kompetensi dasarnya.
3.             Guru  menjelaskan  secara  singkat  langkah-langkah  pembelajaran yang akan dilaksanakan.
B.      Kegiatan   Inti
1.       Guru  menuliskan,  memasang  paparan,  atau  menayangkan  VCD/LCD di monitor mengenai Surah al-Kwfiryn sehingga mudah dilihat oleh siswa.
2.       Guru  menerjemahkan  tulisan,  paparan,  atau  tayangan VCD/LCD di  monitor  mengenai  Surah  al-Kwfiryn  dengan  suara  jelas  dan perlahan-lahan  ayat  demi  ayat.  Siswa  diminta  untuk  menirukan bacaan guru ayat demi ayat. Hal ini hendaknya dilakukan secara berulang-ulang.
3.       Guru membimbing siswa untuk menerjemahkan Surah al-Kafirun mulai ayat pertama sampai dengan ayat terakhir secara berulang-ulang hingga hafal.
4.       Guru menunjuk beberapa siswa ke depan kelas untuk menerjemahkan Surah al-Kafirun yang ada di tulisan, paparan, atau tayangan VCD/LCD.
5.       Guru  meminta  siswa  untuk  mendengarkan  terjemahan  Surah  al-Kafirun dari teman-temannya.
6.       Guru   meminta   siswa   yang   mendengarkan   untuk   menyimak terjemahan teman-temannya. Apabila terjadi kesalahan, hendaknya mereka membetulkannya. Para siswa memberikan apresiasi kepada teman-temannya jika bacaannya benar.
7.       Guru menjelaskan kandungan Surah al-Kafirun
8.       Guru meminta siswa untuk mendengarkan penjelasan tersebut.
9.       Siswa  diberi  kesempatan  untuk  bertanya  tentang  permasalahan yang belum dipahami dengan baik.
10.     Guru  memberi  tugas  kepada  siswa  mengenai  terjemahan  dan kandungan Surah al-Kafirun.
C.      Kegiatan Akhir  (Penutup)
1.       Guru  mengevaluasi  tentang  proses  dan  hasil  kegiatan  belajar mengajar tersebut.
2.       Guru  mengajak  siswa  membuat  kesimpulan  tentang  kandungan Surah al-Kafirun.
3.       Guru menutup pelajaran dengan bacaan hamdalah, berdoa bersama-sama, dan mengucapkan salam.
VIII. Penilaian
A.           Tes Lisan
Siswa diminta menerjemahkan dan menjelaskan kandungan Surah al-Kafirun satu per satu.
B.            Tes Tertulis
Guru  memberikan  beberapa  soal  tertulis,  sebagaimana  yang  terdapat pada buku Cinta Al-Qur’an dan Hadis MI 5 halaman 7–9.
C.            Tes Perbuatan
Siswa diminta senantiasa mengambil pelajaran dari kandungan Surah al-Kafirun untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


Barabai,    Desember 2010
Guru Al-Qur’an dan Hadis


………………………………
NIP.

 
Mengetahui,
Kepala Sekolah


…………………………..
NIP.