ASAL USUL PENDIDIKAN ISLAM DI
INDONESIA
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT.
atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ASal
Usul Pendidikan Islam di Indonesia ini. Salawat dan salam semoga selalu tercurah dan terlimpah
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sekalian
sahabatnya sampai hari kiamat.
Dari awal sampai akhir penyusunan makalah ini, banyak
bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak yang diberikan kepada
penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan suatu
penghargaan dan ucapan terima kasih, terutama kepada : Ibu Hj.Rahmihani sebagai Pembimbing mata kuliah Sejarah
Pendidikan Islam yang di tengah
kesibukan beliau tetap berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis. Seluruh pihak yang turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis
menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat berbagai kekurangan.
Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki.
Untuk itu segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dari berbagai pihak, demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis
berharap, semoga makalah ini bermanfaat. Amin !
Barabai, April 2011
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I : Pendahuluan...................................................................................... 1
BAB II : Asal Usul
Pendidikan Islam di Indonesia......................................... 2
A. Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia............................... 2
B. Asal Usul Pendidikan Islam di Indonesia......................................... 3
C. Sistem Pendidikan Islam Pada Masa kerajaan
Islam di Nusantara... 5
D. Manfaat Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam.............................. 7
BAB III : Penutup............................................................................................ 10
Daftar Pustaka.................................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
Jika
kita mencermati agenda permasalahan universal yang dihadapi rakyat Indonesia
dewasa ini, maka diskursus yang paling menarik untuk dibahas adalah pendidikan.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari
kehidupan. Dengan pendidikan, kita bisa memajukan kebudayaan dan mengangkat
derajat bangsa di mata dunia internasional. Dengan pendidikan akan lahirlah
Sumber Daya Manusia yang berkualitas, baik dari segi spritual,
intelegensi, maupun skill.
Kita
barangkali perlu merefleksikan lagi bahwa Indonesia merupakan pusat konsentrasi
umat Islam yang terbesar di dunia. Sehingga dengan demikian, eksistensi
pendidikan Islam di Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata saja. Karena
bagaimanapun, pendidikan Islam merupakan warisan leluhur bangsa ini yang pernah
berhasil menciptakan manusia yang berkualitas, baik intelektual maupun
moralitas. Sehingga tidak mengherankan, bila pendiri negeri ini meletakkan
pendidikan pada tempat yang tertinggi sebagai sarana untuk membina dan
membangun manusia Indonesia seutuhnya, sebagaimana tercermin dalam Pembukaan
UUD 1945: “untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.”
Untuk
itu, tak berlebihan kiranya jika kita kembali merunut sejarah masa lalu
terhadap perkembangan pendidikan Islam di Indonesia dari waktu ke waktu, sejak
dengan ditandai oleh munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap;
mulai dari yang amat sederhana, sampai dengan tahap-tahap yang sudah terhitung
modern dan lengkap; yang kesemuanya telah memainkan fungsi dan perannya sesuai
dengan tuntutan masyarakat dan zamannya. Dengan demikian diharapkan akan dapat
menjadi bahan rujukan dan perbandingan bagi pengelola pendidikan Islam pada
masa sekarang ini.
BAB II
ASAL USUL PENDIDIKAN ISLAM DI
INDONESIA
A.
Masuk
& Berkembangnya Islam di Indonesia
Prof.
Haidar Putra Daulay menyebutkan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia agak
unik dibandingkan dengan masuknya Islam ke daerah-daerah lain. Islam masuk ke
Indonesia secara damai dibawa oleh para pedagang dan mubaligh. Sedangkan Islam
yang masuk ke daerah lain pada umumnya banyak lewat penaklukan, seperti
masuknya Islam le Irak, Iran (Persi), Mesir, Afrika Utara sampai ke Andalusia.
Sejauh
menyangkut kedatangan Islam di Nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan
panjang di antara para ahli mengenai tiga masalah pokok: tempat asal
kedatangan Islam; para pembawanya; dan waktu
kedatangannya. Berbagai teori dan pembahasan yang berusaha menjawab ketiga
masalah pokok ini jelas belum tuntas dan belum memuaskan hingga saat ini.
Sarjana
Belanda kebanyakan berpendapat bahwa kedatangan Islam ke Nusantara berasal dari
India, di antara sarjana tersebut adalah Pijnappel dari Universitas Leiden,
Moquette, Snouck Hurgronje. Menurut Hurgronje abad ke-12 adalah periode paling
mungkin dari permulaan penyebaran Islam di Nusantara. Selain itu, beberapa
Sarjana lain seperti Crawfurd, Niemann dan Naquib Al Attas berpendapat bahwa
Islam tiba di Indonesia langsung berasal dari Arab. Bahkan Naquib Al Attas
paling gigih mempertahankan teori ini.
Suatu
hal yang dapat dikemukakan bahwa masuknya Islam ke Indonesia tidaklah
bersamaan, ada daerah-daerah yang sejak dini telah dimasuki oleh Islam, di
samping ada daerah yang terbelakang dimasuki Islam. Berkenaan dengan ini telah
disepakati bersama oleh sejarawan Islam bahwa Islam pertama kali masuk ke Indonesia
adalah di Sumatera. Kedatangan Islam ke Indonesia itu sendiri terjadi melalui
kegiatan perdagangan yang ditempuh dengan proses yang sangat panjang sampai
terbentuknya masyarakat muslim.
Terbentuknya
masyarakat muslim di suatu tempat adalah melalui proses panjang yang dimulai
dari terbentuknya pribadi-pribadi muslim sebagai hasil dari upaya para da’i.
Masyarakat muslim tersebut selanjutnya menumbuhkan kerajaan Islam, tercatatlah
sejumlah kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, seperti Kerajaan Perlak, Pasai,
Aceh Darussalam, Banten, Demak, Mataram, dan lain sebagainya.
Tersebarnya
Islam ke berbagai wilayah di Indonesia yang begitu cepat tidak terlepas dari
berbagai peran, terutama adanya kekuatan politik dari kerajaan Islam
digabungkan dengan semangat para mubaligh untuk mengajarkan Islam. Maka dalam
hal ini, peran pendidikan Islam turut memberikan sumbangsih positif kepada
kemajuan peradaban bangsa Indonesia.
B.
Asal-Usul
Pendidikan Islam di Indonesia
Berbicara
tentang pendidikan Islam di Indonesia, sangatlah erat hubungannya dengan
kedatangan Islam itu sendiri ke Indonesia. Dalam konteks ini, Mahmud
Yunus mengatakan, bahwa sejarah pendidikan Islam sama tuanya dengan
masuknya Islam ke Indonesia. Hal ini disebabkan karena pemeluk agama Islam yang
kala itu masih tergolong baru, maka sudah pasti akan mempelajari dan memahami
tentang ajaran-ajaran Islam. Meski dalam pengertian sederhana, namun proses
pembelajaran waktu itu telah terjadi. Dari sinilah mulai timbul pendidikan
Islam, dimana pada mulanya mereka belajar di rumah-rumah, langgar/surau, masjid
dan kemudian berkembang menjadi pondok pesantren. Setelah itu baru timbul
sistem madrasah yang teratur sebagaimana yang dikenal sekarang ini.
Berdasarkan
ungkapan di atas, dapat dipastikan pendidikan Islam itu telah berlangsung di
Indonesia sejak mubaligh pertama melakukan kegiatannya dalam rangka
menyampaikan keislaman baik dalam bentuk pentransferan pengetahuan, nilai, dan
aktivitas maupun dalam pembentukan sikap atau suri tauladan. Maka dalam konteks
pendidikan, para pedagang dan mubaligh yang memperkenalkan sekaligus
mengajarkan Islam tersebut adalah pendidik, sebab mereka telah melaksanakan
tugas-tugas kependidikan.
Dalam
hal ini timbul pertanyaan, apa tolok ukur yang dijadikan bahwa kegiatan para
pedagang atau mubaligh di dalam rangka menyampaikan ajaran Islam dapat
digolongkan kepada aktivitas pendidikan. Untuk mencari makna dan hakikat
pendidikan, maka perlu dcari ciri-ciri esensial aktivitas pendidikan, sehingga
dapat dipilih mana aktivitas pendidikan dan mana yang bukan, untuk itu perlu
dicari unsur dasar pendidikan.
Neong
Muhadjir sebagaimana yang dikutip Haidar Putra Daulay menjelaskan bahwa ada
lima unsur dasar pendidikan, yaitu adanya unsur pemberi dan penerima. Unsur
pemberi dan penerima baru bermakna pendidikan kalau dibarengi dengan unsur
ketiga, yaitu adanya tujuan baik. Jika hanya hubungan pemberi dan penerima saja
yang ada ini belum dapat dikatakan aktivitas pendidikan, tanpa dibarengi dengan
tujuan baik, sebab hubungan antara penjual dan pembeli, majikan dan buruh, juga
ada hubungan antara pemberi dan penerima dan hubungan yang seperti ini belum
dikatakan aktivitas pendidikan. Unsur berikutnya yakni unsur keempat cara atau
jalan yang baik. Hal ini terkait nilai. Selanjutnya unsur kelima adalah konteks
yang positif upaya pendidik adalah menumbuhkan konteks positif dengan menjauhi
konteks negatif.
Dengan
dijelaskannya kelima unsur dasar pendidikan di atas akan dapat dijadikan acuan
tentang aktivitas pedagang dan mubaligh tersebut apakah dapat digolongkan
sebagai sebuah aktivitas pendidikan atau bukan. Maka jika kita hubung-hubungkan
akan ditemukan sebuah kesimpulan bahwa para pedagang dan mubaligh ketika
memperkenalkan dan mengajarkan ajaran Islam kepada masyarakat sudah memenuhi
unsur pendidikan tersebut. Dengan demikian, pendidikan Islam di Indonesia telah
berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia, dan dengan demikian pula
pendidikan Islam telah memainkan peranannya dalam pembentukan masyarakat
Indonesia.
C.
Sistem
Pendidikan Islam Pada Masa Kerajaan Islam di Nusantara
Dalam
hubungannya dengan pengembangan pendidikan Islam di Indonesia, sejak awal
penyebaran Islam, masjid telah memegang peranan yang cukup besar. Kedatangan
orang-orang Islam ke Indonesia yang pada umumnya berprofesi sebagai pedagang,
mereka hidup berkelompok dalam beberapa tempat, yang kemudian tempat-tempat
yang mereka tempati tersebut menjadi pusat-pusat perdagangan. Di sekitar
pusat-pusat dagang itulah, mereka biasanya membangun sebuah tempat sederhana
(masjid), dimana mereka bisa melakukan shalat dan kegiatan lainnya sehari-hari.
Memang tampaknya tidak hanya kegiatan perdagangan yang menarik bagi penduduk
setempat. Kegiatan para pedagang muslim selepas dagangpun menarik perhatian
masyarakat. Maka sejak itulah pengenalan Islam secara sistematis dan
berlangsung di banyak tempat.
Pada
masa itu, masjid dijadikan satu-satunya tempat bertemu antara ulama dengan
masyarakat umum. Hal ini mengingat tidak ada tempat yang lebih memadai dalam
mewadahi kegiatan tersebut selain di masjid. Maka tak heran bila akhirnya
masjid selain untuk kegiatan ibadah, juga difungsi sebagai pusat kegiatan
pendidikan bagi penduduk pedesaaan. Dari masjid inilah generasi muda muslim
dididik dan digembleng, merekalah yang nantinya membuka jalan baru dalam
membentuk masyarakat muslim di Indonesia dan menyebar sampai seluruh pelosok
tanah air hingga terbentuknya kerajaan Islam di Indonesia.
Pada
masa kerajaan Islam, para sultan memberikan dukungan yang sangat besar terhadap
pengembangan masjid sebagai pusat pendidikan. Di Jawa, Sultan Demak
memerintahkan pembangunan masjid agung yang menjadi pusat keilmuan kerajaan di
Bintara, kemudian dukungan kepada para wali yang bertanggung jawab terhadap
kehidupan agama Islam di Demak dengan pusat kegiatannya di Masjid Agung Demak.
Dari masjid itulah para wali merencanakan, mendiskusikan dan membahas
perkembangan Islam di Jawa dan pada akhirnya mereka berhasil mengislamkan Pulau
Jawa. Di Kutai, Sultan mendirikan masjid yang dijadikan sebagai tempat
terhormat untuk menjadi tempat pendidikan dari kalangan bawah sampai atas,
termasuk dari kalangan keluarganya sendiri. Sementara di Aceh, masjid dibangun
dengan megah dan dijadikan tempat mendidik masyarakat kesultananan Aceh.
Dalam
perkembangan selanjutnya, masjid sebagai pusat pendidikan dan pengajaran secara
informal maupun nonformal ini ternyata memberikan hasil yang cukup gemilang,
yakni tersebarnya ajaran Islam keseluruh pelosok tanah air. Ada beberapa hal
yang bisa diperhatikan dalam sistem pendidikan Islam di masjid, yaitu:
1.
Mata
pelajaran yang diajarkan terutama ilmu-ilmu yang bersumber kepada al-Qur’an dan
al-Sunnah, namun dalam perkembangan berikutnya ada bidang kajian lain, seperti:
tafsir, fikih, kalam, bahasa Arab, sastra maupun yang lainnya;
2.
Siswa
atau peserta didik, mereka adalah orang-orang yang ingin mempelajari Islam ,
tidak dibatasi oleh usia, dari segala kalangan dan tidak ada perbedaaan;
3.
Sistem
pengajaran yang dilakukan memakai sistem halaqah (merupakan metode
dimana santri menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya);
4.
Metode
pengajaran yang diterapkan memakai 2 metode, yakni metode bandongan
(merupakan metode dimana seorang guru membacakan dan menjelaskan isi sebuah
kitab, dikerumuni oleh sejumlah murid yang masing-masing memegang kitab yang
serupa, mendengarkan dan mencatat keterangan yang diberikan gurunya berkenaan
dengan bahasan yang ada dalam kitab tersebut pada lembaran kitab atau pada
kertas catatan yang lain dan metode sorogan (merupakan
metode dimana santri menyodorkan sebuah kitab dihadapan gurunya, kemudian guru
memberikan tuntunan bagaimana cara membacanya, menghafalkannya, dan pada
jenjang berikutnya bagaimana menterjemahkan serta menafsirkannya).
D.
Manfaat
Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam
Dengan mengkaji sejarah akan bisa
memperoleh informasi tentang pelaksanaan pendidikan islam dari zaman Rosulullah
sampai sekarang mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran, dan
kebangkitan kembali tentang pendidikan islam. Dari sejarah dapat diketahui
segala sesuatu yang terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan islam dengan
segala ide, konsep, intitusi, sistem, dan operasionalisnya yang terjadi dari
waktu ke waktu, jadi sejarah pada dasarnya tidak hanya sekedar memberikan
romantisme tetapi lebih dari itu merupakan refleksi historis. Dengan demikian
belajar sejarah pendidikan islam dapat memberikan semangat (back projecting
theory) untuk membuka lembaran dan mengukir kejaya dan kemajuan pendidikan
islam yang baru dan lebih baik. Dengan demikian sejarah pendidikan islam
sebagai study tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah
pendidikan sudah barang tentu sangat bermanfaat terutama dalam rangka
memberikan sumbangan bagi pertumbuhan atau perkembangan pendidikan.
Secara umum sejarah memegang peranan penting
bagi kehidupan umat manusia. Hal ini karena sejarah menyimpan atau mengandung
kekuatan yang dapat menimbulkan dinamisme dan melahirkan nilai-nilai baru bagi
pertumbuhan serta perkembangan kehidupan umat manusia. Sumber utama ajaran
Islam (Al-Qur’an) mengandung cukup banyak nilai-nilai kesejarahan yang langsung
dan tidak langsung mengandung makna benar, pelajaran yang sangat tinggi dan
pimpinan utama khususnya umat islam. Ilmu tarikh (sejarah) dalam islam menduduki arti penting dan berguna dalam
kajian dalam islam. Oleh karena itu kegunaan sejarah pendidikan meliputi dua
aspek yaitu kegunaan yang bersifat umum dan yang bersifat akademis.
Sejarah pendidikan islam memiliki kegunaan tersendiri diantaranya sebagai
faktor keteladanan, cermin, pembanding, dan perbaikan keadaan. Sebagai faktor
keteladanan dapat dimaklumi karena al-Qur’an sebagai sumber ajaran islam banyak
mengandung nilai kesejarahan sebagai teladan.
Pada dasarnya, minimal ada dua
manfaat dalam studi sejarah pendidikan Islam, yaitu :
1.
Yang
bersifat umum
Sejarah
pendidikan Islam mempunyai kegunaan sebagai faktor keteladanan.
Kenyataan ini sejalan dengan apa yag tersirat dan tersirat pada firman Allah
SWT surah Al-Ahzab ayat 21, yaitu:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
Artinya: "Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah".
(Q.S.Al-Ahzab : 21)
2.
Yang
bersifat khusus
Khusus disni maksudnya bersifat
akademis, karena kegunaan
sejarah pendidikan Islam selain memberikan perbendaharaan
perkembangan ilmu pengetahuan (teori dan praktek), juga unuk membuktikan
prosfektif baru dalam rangkan mencari relevansi pendidikan Islam terhadap
segala bentuk perbendaharaan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi.
BAB III
PENUTUP
Asal Usul Pendidikan Islam Di Indonesia
1.
Masuk & berkembangnya islam di indonesia
Prof. Haidar Putra Daulay menyebutkan
bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia agak unik dibandingkan dengan masuknya
Islam ke daerah-daerah lain. Islam masuk ke Indonesia secara damai dibawa oleh
para pedagang dan mubaligh. Sedangkan Islam yang masuk ke daerah lain pada
umumnya banyak lewat penaklukan, seperti masuknya Islam le Irak, Iran (Persi),
Mesir, Afrika Utara sampai ke Andalusia.
2.
Asal-Usul Pendidikan Islam di Indonesia
pendidikan Islam itu telah berlangsung
di Indonesia sejak mubaligh pertama melakukan kegiatannya dalam rangka
menyampaikan keislaman baik dalam bentuk pentransferan pengetahuan, nilai, dan
aktivitas maupun dalam pembentukan sikap atau suri tauladan. Maka dalam konteks
pendidikan, para pedagang dan mubaligh yang memperkenalkan sekaligus
mengajarkan Islam tersebut adalah pendidik, sebab mereka telah melaksanakan
tugas-tugas kependidikan.
3.
Sistem Pendidikan Islam Pada Masa Kerajaan Islam di
Nusantara
Pada masa kerajaan Islam, para sultan
memberikan dukungan yang sangat besar terhadap pengembangan masjid sebagai
pusat pendidikan. Di Jawa, Sultan Demak memerintahkan pembangunan masjid agung
yang menjadi pusat keilmuan kerajaan di Bintara, kemudian dukungan kepada para
wali yang bertanggung jawab terhadap kehidupan agama Islam di Demak dengan
pusat kegiatannya di Masjid Agung Demak. Dari masjid itulah para wali
merencanakan, mendiskusikan dan membahas perkembangan Islam di Jawa dan pada
akhirnya mereka berhasil mengislamkan Pulau Jawa. Di Kutai, Sultan mendirikan
masjid yang dijadikan sebagai tempat terhormat untuk menjadi tempat pendidikan
dari kalangan bawah sampai atas, termasuk dari kalangan keluarganya sendiri.
Sementara di Aceh, masjid dibangun dengan megah dan dijadikan tempat mendidik
masyarakat kesultananan Aceh.
4.
Manfaat Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam
Pada dasarnya, minimal ada dua
manfaat dalam studi sejarah pendidikan Islam, yaitu :
a.
Yang
bersifat umum
b.
Yang
bersifat khusus
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyurmadi, Pendidikan
Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, Ciputat: Logos, 1999.
Daulay, Haidar Putra, Sejarah
Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia,Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, Cet. II, 2007.
Hasbullah, Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 1995.
Nasution, Harun, Pembaruan dalam
Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1991.
Nata, Abuddin (Editor), Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta:
Grasindo, 2001.
Nizar, Samsul, Sejarah dan
Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, Ciputat: Quantum Teaching, 2005.
Yatim, Badri Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001.
Yunus, Mahmud, Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1985.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar