BAB
I
PENDAHULUAN
Sebagai
makhluk yang memiliki kesadaran, manusia menyadari adanya problem yang
mengganggu kejiwaannya, oleh karena itu sejarah manusia juga mencatat adanya
upaya mengatasi problema tersebut. Upaya-upaya tersebut ada yang bersifat
mistik yang irasional, ada juga yang bersifat rasional, konsepsional dan
ilmiah. Pada masyarakat Barat modern atau masyarakat yang mengikuti peradaban
Barat yang sekular, solusi yang ditawarkan untuk mengatasi problem kejiwaan itu
dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikologi, dalam hal ini kesehatan
mental.
Sedangkan
pada masyarakat Islam, karena mereka (kaum muslimin) pada awal sejarahnya telah
mengalami problem psikologis seperti yang dialami oleh masyarakat Barat, maka
solusi yang ditawarkan lebih bersifat religious spiritual, yakni tasawuf atau
akhlak. Keduanya menawarkan solusi bahwa manusia itu akan memperoleh
kebahagiaan pada zaman apa pun, jika hidupnya bermakna. Islam menetapkan tujuan
pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan
keturunan. Setidaknya tiga dari yangdisebut di atas berkaitan dengan kesehatan.
Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat kaya dengan tuntunan kesehatan.
Islam juga menjelaskan bahwa orang yang benar-benar sehat mentalnya adalah
orang yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berusaha
secara sadar merealisasikan nilai-nilai agama, sehingga kehidupannya itu
dijalaninya sesuai dengan tuntunan agamanya.
BAB
II
PEMBAHASAN
FUNGSI
IMAN DALAM KESEHATAN MENTAL
A.
Pengertian
Kesehatan Mental
Dalam literatur Psikologi, ditemukan beberapa pengertian
kesehatan mental. Musthafa Fahmi, sebagaimana dikutip oleh Muhammad Mahmud
menemukan dua pola dalam mendefinisikan kesehatan mental: Pertama, pola
negatif (salabiy), bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari
segala neurosis (al-amradh al-ashabiyah) dan psikosis (al-amradh
al-dzihaniyah). Kedua, pola positif (ijabiy), bahwa kesehatan mental
adalah kemampuan individu dalam penyesuaian diri sendiri dan terhadap
lingkungan sosialnya.
Zakiah Daradjat secara lengkap mendefinisikan kesehatan
mental dengan ”terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi
kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara individu dengan dirinya
sendiri dan lingkungannya berdasarkan keimanan dan ketakwaan”.
B.
Pengertian
Iman
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Menurut
istilah, pengertian iman adalah membenarkan
dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan).
. Iman juga dapat diartikan dengan rasa aman (al-aman) dan kepercayaan
(al-amanah). Orang yang beriman berarti jiwanya merasa tenang dan sikapnya
penuh keyakinan dalam menghadapi problem hidup.
Seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)
sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan yaitu membenarkan dengan hati
bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaamNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan serta
dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata. Apabila seseorang mengakui dalam
hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan
dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan
sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan
satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar
bagi seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya,
sebagaimana firman Allah yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah
beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang
diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya.
C.
Fungsi Iman
Dalam Kesehatan Mental
Keberimanan seseorang dapat
mengobati gangguan atau penyakit mental. Berdasarkan penelitian Dr. Herbert
Benson dari Fakultas Kedokteran Harvard University menjelaskan bahwa ibadah dan
keimanan kepada Allah memiliki lebih pengaruh baik kepada manusia. Menurut
Benson tidak ada keimanan yang banyak memberikan kedamaian jiwa sebagaimana
keimanan kepada Allah. Menurutnya, bahwa jasmani dan rohani manusia telah
dikendalikan untuk percaya kepada Allah. Menurut penelitian David B. Larson dan
timnya dari The American National Health Research, diantaranya perbandingan
yang taat beragama dengan yang tidak taat beragama untuk sakit jantung 60%
lebih rendah dan bunuh diri 100% lebih rendah dari pada yang tidak taat
beragama.
Iman seseorang dapat menjadi kendali
seseorang dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Seseorang bertingkah laku
sesuai dengan kadar keimanannya. Jika tingkah lakunya buruk maka dapat
diprediksikan bahwa keimanannya sedang menurun sedangkan ketika perbuatannya
baik maka dapat diprediksikan pula keimanannya sedang meningkat. Rasulullah SAW
bersabda ” Seorang pezina tidak akan berzina sedang ia dalam keadaan beriman,
seorang peminum tidak akan minum khomr (yang memabukkan) ketika ia beriman dan
seorang pencuri tidak akan mencuri sedang ia dalam keadaan beriman.(H.R.
Bukhori Muslim).
Dalam Islam, mengungkap pemeliharaan
kesehatan mental yaitu dengan iman. Iman secara harfiah diartikan dengan rasa
aman (al-aman) dan kepercayaan (al-amanah). Orang yang beriman berarti jiwanya
merasa tenang dan sikapnya penuh keyakinan dalam menghadapi problem hidup.
Dengan iman, seseorang memiliki tempat bergantung, tempat mengadu, dan tempat
memohon apabila ia ditimpa problema atau kesulitan hidup, baik yang berkaitan
dengan perilaku fisik maupun psikis. Ketika seseorang telah mengerahkan daya
upayanya secara maksimal untuk mencapai satu tujuan, namun tetap mengalami
kegagalan, tidak berarti kemudian ia putus asa atau malah bunuh diri. Keimanan
akan mengarahkan seseorang untuk mengoreksi diri apakah usahanya sudah maksimal
atau belum. Sejalan dengan hukum-hukum-Nya atau tidak. Jika sesuai dengan
hukum-hukum-Nya, tetapi masih menemui kegagalan, hal yang perlu diperhatikan
adalah hikmah dibalik kegagalan tersebut. Apakah Allah SWT menguji
kualitas keimanannya melalui kegagalan ataukah Dia mengasihi hamba-Nya yang
salih supaya ia tidak sombong atau angkuh ketika memperoleh kesuksesan.
Orang yang benar-benar
sehat mentalnya adalah orang yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa serta berusaha secara sadar merealisasikan nilai-nilai agama, sehingga
kehidupannya itu dijalaninya sesuai dengan tuntunan agamanya. Ia pun secara
sadar berupaya untuk mengembangkan berbagai potensi dirinya, seperti bakat,
kemampuan, sifat, dan kualitas-kualitas pribadi lainnya yang positif. Sejalan
dengan itu ia pun berupaya untuk menghambat dan mengurangi kualitas-kualitas
negatif dirinya, karena sadar bahwa hal itu dapat menjadi sumber berbagai
gangguan (dan penyakit) kejiwaan.Dalam pergaulan ia adalah seorang yang luwes,
dalam artian menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan tanpa ia sendiri
kehilangan identitas dirinya serta berusaha secara aktif agar berfungsi dan
bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Ada benarnya juga
bila orang dengan kesehatan mental yang baik digambarkan sebagai seseorang yang
sehat jasmani-rohani, otaknya penuh dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat, rohaninya
sarat dengan iman dan taqwa kepada Tuhan, dengan karakter yang dilandasi oleh
nilai-nilai agama dan sosial budaya yang luhur.
Orang yang mempunyai
iman adalah orang yang mempunyai pengharapan dalam segala sesuatu. Orang
beriman adalah orang yang sukses, orang yang selalu melihat segala sesuatu
dengan positif. Orang yang tidak beriman tidak dapat apa-apa. Ia adalah seorang
yang berpikiran selalu negatif, ia selalu berpikiran pesimis, dan ia seorang
yang selalu stress dalam kehidupannya. Kehidupannya menguasai dia dan bukan dia
yang mengontrol kehidupannya lagi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat disimpulkan:
· Kesehatan mental adalah terwujudnya
keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya
penyesuaian diri antara individu dengan dirinya sendiri dan lingkungannya
berdasarkan keimanan dan ketakwaan”.
· Iman
menurut bahasa artinya percaya dan yakin. Sedangkan menurut istilah,
pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan tindakan (perbuatan).
· Iman seseorang dapat menjadi kendali
seseorang dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik.
· Dengan iman, seseorang memiliki tempat
bergantung, tempat mengadu, dan tempat memohon apabila ia ditimpa problema atau
kesulitan hidup, baik yang berkaitan dengan perilaku fisik maupun psikis.
B.
Saran
Sepenuhnya kami
menyadari bahwa banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami harapkan krtik dan saran dari dosen pembimbing dan pembaca sekalian yang
sifatnya membangun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar