Daftar Blog Saya

Kamis, 26 Juli 2012

Penjernihan Emosi


BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti menghadapi berbagai masalah yang sangat banyak dari segala aspek. Dan dalam keseharian kita mengenal yang namanya IQ (Intellegence Quotient) yang merupakan cara untuk membuat suatu penilaian kecerdasan seseorang dengan parameter verbal dan numerikal yang dipercaya sangat menentukan tingkat kesuksesan seseorang. Kemudian teori itu kemudian tumbang dan dibantah dengan adanya penilaian EQ (Emotional Quotient) yang merupakan parameter emosional seseorang dalam penentuan kesuksesannya dihari mendatang,
Kedua segi diatas adalah suatu parameter yang dipercaya dan tidak menyinggung persoalan sisi religi dan spiritual sama sekali, yang tidak dapat ditinggalkan dalam semua segi keduniawian. Kalau IQ seseorang itu dari mulai dia kecil tidak dapat ditingkatkan, tetapi kalau EQ seseorang dapat dilatih dan ditingkatkan dengan cara-cara tertentu.
ESQ (Emotional Spiritual Quotient) merupakan pelatihan untuk meningkatkan tingkat EQ seseorang dengan tidak meninggalkan sisi religi dan spiritualitasnya.
Dalam proses pelatihan peningkatan tingkat EQ yang berhubungan dengan sisi religi dan spiritualitas, maka proses terseebut disebut juga sebagai proses penjernihan emosi atau dalam istilah asing lebih dikenal sebagai Zero Mind Process (selanjutnya disingkat ZMP). Maka dalam pembahasan kali ini, penulis akan membahas beberapa penjelasan singkat langkah-langkah yang dapat dicapai untuk menuju proses penjernihan tersebut, yang juga dapat digunakan sebagai prinsip seorang pendidik dalam interaksinya terhadap peserta didik dan dalam proses belajar mengajar. Dan juga beberapa penjelasan tentang kegunaan suara hati atau kebersihan hati (yang merupakan hasil dari proses ZMP) dalam kaitannya proses belajar mengajar di kelas maupun diluar kelas.s
BAB II
PENJERNIHAN EMOSI (ZERO MIND PROCESS)

A. Hakikat Penjernihan Emosi (ZMP)
Dalam proses penjernihan emosi (ZMP), yang pertama-tama harus dilakukan adalah mendahulukan pikiran obyektif yaitu dengan menjernihkan pikiran dari gangguan hama yang mempengaruhi penilaian secara subyektif. Dalam penilaian terhadap sesuatu adalah dengan menggunakan suara hati yang terdalam sebagai sumber kebenaran, yang merupakan karunia Allah SWT.
Jikalau dalam proses ini berhasil dilakukan maka yang terjadi adalah pikiran-pikiran yang jernih dan bersih atau dapat disebut sebagai God Spot atau fitrah, yaitu kembali pada hati dan pikiran yang bersifat merdeka serta bebas dari belenggu.
Maka dari itu yang dimaksud dengan proses penjernihan emosi (Zero Mind Procees) adalah proses dimana semua emosi dan pikiran kita dinol-kan dari belenggu yang menutupi potensi manusia agar mampu mengeluarkan Spiritual Power (kekuatan spiritual) yang dimilikinya. Hal-hal yang menutupi ini disebut sebagai belenggu. Zero Mind Proses (ZMP) adalah suatu upaya untuk mengenali dan menghapus apa yang menutupi potensi dalam God Spot. Bisa dikatakan langkah pengenalan hama atau belenggu dan pembersihan God-Spot itulah yang disebut Zero Mind Process atau pembentukan hati dan pikiran yang jernih dan suci.
B. Langkah-langkah dalam Penjernihan Emosi (ZMP)
Dalam ESQ, langkah -langkah untuk menuju kebersihan jiwa (Zero Mind) dalam rangka meningkatkan tingkat emotional dan spiritual yang lebih tinggi dapat dilatih dengan tujuh langkah sebagai berikut :
1.    Hindari prasangka buruk, dan selalu mengupayakan berprasangka baik (positif thinking ).
Pekerjaan yang didasari pada prasangka yang buruk akan berbuah kegagalan. Namun sebaliknya apabila dalam pekerjaan selalu didasari pada prasangka yang baik, maka akan berbuah keberhasilan yang baik pula.
Dalam hal prasangka, sesungguhnya dibagi menjadi prasangka positif dan negatif (positif thinking dan negatif thinking). Maka dalam prasangka yang pertama, positif, selain berbuah keberhasilan, juga berbuah saling percaya antara satu dengan yang lain, saling mendukung, adanya hubungan kooperatif, terbuka, dan dapat menghasilkan performa yang terbaik dalam hidupnya.
Lain halnya dengan negatif, adalah kebalikan dari positif. Yaitu akan terlahir sikap defensif tertutup antar sesama, kemudian cenderung menahan informasi, tidak mau bekerja sama dengan yang lain, juga tidak mampu bersinergi dengan orang lain, kinerja dalam kesehariannya akan turun yang mengakibatkan turunnya performa, bahkan akan tersingkir ditengah pergaulan sosialnya.
2. Tinggalkan prinsip hidup yang salah, berprinsiplah selalu kepada Allah Yang Maha Suci.
Dengan adanya prinsip hidup yang benar, akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap orang lain pula. Prinsip yang tidak fitrah atau prinsip hidup yang salah akan berakibat terhadap kegagalan, lahiriah atau bathiniah.
Hanya berprinsip pada sesuatu yang abadi dan kekal akan mampu membawa manusia kearah kebahagiaan hakiki yaitu berprinsip pada Allah SWT yang maha suci.

Allah berfirman:
ã@sWtB šúïÏ%©!$# (#räsƒªB$# `ÏB Âcrߊ «!$# uä!$uŠÏ9÷rr& È@sVyJx. ÏNqç6x6Zyèø9$# ôNxsƒªB$# $\F÷t/ (
 ¨bÎ)ur šÆyd÷rr& ÏNqãç6ø9$# àMøŠt7s9 ÏNqç6x6Zyèø9$# ( öqs9 (#qçR$Ÿ2 šcqßJn=ôètƒ ÇÍÊÈ
Artinya:
"Perumpamaan orang yang mengambil selain Allah sebagai pelindung adalah seperti laba-laba yang membuat rumah untuk dirinya sendiri. Tetapi sebenarnya rumah laba-laba itu adalah serapuh-rapuhnya rumah, jika mereka tahu" (QS,Al'Ankabuut :41).
3.    Bebaskan diri dari pengalaman-pengalaman masa lalu yang membelenggu pikiran dan selalu berpikirlah merdeka.
Dengan adanya pengalaman dalam kehidupan dan lingkungan akan sangat mempengaruhi cara berpikir seseorang, yang berakibat pada terciptanya sosok manusia hasil pembentukan lingkungan sosialnya.
Maka pengalaman-pengalaman hidup sangat berperan dalam menciptakan pemikiran pemikiran seseorang, sehingga membentuk paradigma yang melekat didalam pikirannya yang mana paradigma tersebut dijadikan sebagai tolak ukur bagi dirinya, atau untuk menilai lingkungannya.
Hal ini jelas akan sangat merugikan dirinya sendiri atau bahkan orang lain. Ini akan membatasi cara berpikir seseorang yang menyebabkan ia akan melihat segala sesuatu dengan subyektif, bukan melihat sesuatu secara riil dan obyektif. Oleh karena itu prinsip yang benar adalah dengan membebaskan diri dari pengalaman-pengalaman yang membelenggu pikiran, berfikirlah merdeka.
Allah berfirman:
žxx. ( 2ö@t/ tb#u 4n?tã NÍkÍ5qè=è% $¨B (#qçR%x. tbqç6Å¡õ3tƒ ÇÊÍÈ
Artinya:
"Sama sekali bukan! Tetapi hati mereka telah dikuasai oleh apa yang mereka lakukan" (QS. Al-Muthaffifin : 14).
Jadi, jangan sampai dikendalikan oleh aktivitas, oleh apa yang kita lakukan yang dapat membelenggu pikiran.
4.    Dengarkan semua suara hati peganglah prinsip “Kerena Allah”, berpikirlah melingkar (circular thinking) sebelum menentukan kepentingan dan prioritas, dan jadilah bijaksana (99 thinking Hats / asmaul husna)
 Kepentingan tidak sama dengan Prioritas,Kepentingan lebih bersifat mikro (diri sendiri), sedangkan prioritas bersifat makro (universe) yaitu mengarahkan untuk melaksanakan hal yang tepat, dan yang benar. Jika kepentingan umum yang lebih dikedepankan maka prinsip yang benar akan melahirkan juga prioritas apa yang akan didahulukan. Pada intinya prinsip akan melahirkan prioritas. Dan orang yang bijaksana akan mengambil suatu keputusan yang mempertimbangkan semua aspek sebagai satu kesatuan tauhid atau prinsip keesaan.
5. Berpikirlah secara integratif  dan holistik dengan melihat semua sudut pandang secara adil berdasarkan semua suara hati yang bersumber dari Asmaul Husna.
Adalah berpikir secara prinsip keesaan dan secara satu kesatuan pikiran dan tindakan. Setelah itu agar dapat berprinsip dan mengingat sifat-sifat Allah pada Asmaul Husna.
Allah berfirman:
!$tBur äÌht/é& ûÓŤøÿtR 4 ¨bÎ) }§øÿ¨Z9$# 8ou$¨BV{ Ïäþq¡9$$Î/ žwÎ) $tB zOÏmu þÎn1u 4 ¨bÎ) În1u Öqàÿxî ×LìÏm§ ÇÎÌÈ

 Artinya:
"Dan tidaklah aku melepaskan diri dari kesalahan sungguh, nafsu manusia menyruh melakukan kejahatan, kecuali yang diberikan rahmant oleh Tuhanku. Sungguh Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS  Yusuf : 53)
6. Periksa pikiran kita terlebih dahulu sebelum menilai segala sesuatu. Jangan melihat segala sesuatu karena pikiran, tetapi lihatlah sesuatu karena apa adanya.
Dalam sebuah penilaian terhadap sesuatu, kita sering dihadapkan pada masalah perbandingan yang sesuai dengan pengalaman yang telah dialami sebelumnya dan bayangan yang ada di alam pikirnya tersebut. Karena. Paradigma penilaian dalam pikiran kita begitu mudah berubah berdasarkan pada ketangguhan pribadi.
7. Ingatlah bahwa semua kebenaran bersumber dari Allah SWT, dan jangan terbelenggu dengan literatur
Semua kebenaran pada akhirnya kelak akan tiba di satu sumber, baik secara sadar atau tanpa disadari. Semua akan mengakui kebenaran Allah SWT dan Al-Qur'an serta ajaran Nabi Muhammad SAW pada akhirnya. Dan bahwa suara hati sebenarnya dorongan yang berasal dari sifat-sifat ke-Ilahian.


Allah berfirman:
uqèdur üÏ%©!$# r't±Sr& â/ä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur 4 WxÎ=s% $¨B tbrãä3ô±n@ ÇÐÑÈ
Artinya:
"Ialah yang menciptakan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu tetapi sedikit saja kamu bersyukur." (QS. Al-Mu'minin : 78).
Jadi janganlah terbelenggu oleh literatur-literatur, berpikirlah dengan merdeka, jadilah orang yang berhati "ummi".

Ketujuh sifat diatas, diharapkan dimiliki oleh setiap individu dari kita, bahkan seorang gurupun harus memiliki sifat-sifat diatas guna menjadikan pedoman dan landasan dalam berpikir obyektif dan secara jernih dengan didahului oleh kemampuan mengenali faktor-faktor yang mempengaruhinya. Cara yang paling sederhana adalah dengan mengembalikan manusia pada fitrah hatinya atau "God Spot". Sehingga manusia yang disini adalah guru, akan mampu melihat dengan "mata hati", mampu memilih dengan tepat, memprioritaskan dengan benar. Dari cara melihat yang obyektif ini maka keputusan yang diambil akan benar-benar dengan cara yang adil dan bijaksana sesuai dengan fitrah dan suara hati.
C. Kebersihan Hati
Bagi setiap insan, hati adalah pusat kontrol diri atau pimpinan bagi diri di dunia yang fana ini. karena itu, agar diri tetap berada pada jalan kebenaran dibutuhkan pimpinan yang baik.
Pimpinan yang baik akan membimbing kita pada jalan Allah dan rasul-Nya serta pimpinan yang buruk akan membawa kita pada keinginan nafsu semata.
Hati itu bagaikan cermin, jikalau bersih akan memantulkan kesempurnaan diri kita, tetapi jikalau kotor tiada muncul yang lain kecuali keburukan semata. Karenanya, hati harus senantiasa dibersihkan. Bersihnya hati akan senantiasa memantulkan cahaya kebenaran.
Ary Ginanjar dalam ESQ meyakini bahwa semua jawaban suara hati kita tentang nilai-nilai kebenaran sama persis dengan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam al-Qur'an, yakni yang terkumpul dalam Asmaul Husna. Sifat-sifat Allah tersebut dapat dijadikan barometer untuk memastikan bahwa suara hati kita terbebas dari nafsu dan bisikan syetan. Dan barometer tersebut dapat digunakan oleh para guru saat mendengarkan suara hatinya.
Untuk dapat mendengarkan suara hati tersebut, kita harus berpusat pada hati dalam melakukan aktivitas pengajaran. Maksudnya adalah bahwa segala sesuatu yang menyangkut keputusan dan tindakan pengajaran kita senantiasa diselaraskan dengan suara hati kita. Yakinilah bahwa prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang diyakini sebagai pusat kehidupan memiliki daya magnetis dengan kebenaran suara hati nurani. Bila hati sudah memiliki kekuatan dan cahaya, segala bisikannya adalah suara prinsip-prinsip kebenaran dan nilai-nilai Ilahiyah. Inilah yang akan membimbing kita dalam keputusan-keputusan yang kita buat serta menjadi sumber motivasi dan rujukan untuk bertindak dan beraktivitas dalam dunia kehidupan dan pengajaran. Suara ini akan mengarahkan kita pada pilihan-pilihan, baik secara pribadi, keluarga, dunia profesi, mitra kerja, dunia bisnis, aktivitas ritual, sosial, maupun untuk kesenangan.


Menemukan suara hati dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut;
1.         Bila mendapatkan masalah segera kembalikan pada hati, biarkan semua hal terucapkan dalam hati, dengarlah yagn sesuai dengan sifat Asmaul Husna dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai hakiki.
2.         Saat berdzikir dan beristigfar, maka akan muncul suara hati secara tiba-tiba, maka dengarkanlah.
Bila hati sudah menjadi pusat dari prinsip dan nilai-nilai hakiki, akan muncul hal-hal sebagai berikut:
1.    Tumbuh kepribadian dengan sifat-sifat Ilahiyah
Kepribadian dengan sifat-sifat Ilahiyah akan membawa guru pada sifat belas kasih kepada peserta didik dan memperlakukannya sebagai anak. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya aku bagi kalian adalah bagaikan bapak terhadap anaknya (prinsip meyakini pembawa risalah kebenaran)". Prinsip keteladanan menjadikan proses mengajar bagian dari taqarrub kepada Allah. Juga tidak merasa berjasa pada peserta didik. Sekalipun jasa itu besar, memandang mereka juga memiliki jasa karena sudah mengondisikan hatinya untuk mendekatkan diri pada Allah SWT dengan menanamkan ilmu kepadanya.
Kalau berbicara tentang suara hati, adalah bisikan yang datang dari hati nurani yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai hakiki. Energi spiritual adalah kekuatan atau dorongan yang datang dari hati sanubari yang sudah tersucikan dari nafsu dan amarah. Suara hati yang disertai energi spiritual ini melahirkan kepribadian ilahi.


2.    Pemanfaatan panca-indera, otak kiri, otak kanan, dan hati secara optimal dan proporsional.
Pemanfaatan panca-indera, otka kiri, otak kanan, dan hati secara optimal dan proporsional memberikan tugas pada guru untuk tidak meninggalkan nasihat memacu prestasi peserta didik sesuai dengan kemampuan dan bakat, dan sebaliknya meninggalkan kesombongan karena merasa diri lebih unggul disbanding peserta didik lain. Guru tidak mencela sesame gur dan pelajaran berlainan karena semua ilmu bersumber dari satu sumber risalah.
c.    Tercipta pengajaran sepenuh hati, yang bebas dari energi negative, nafsu, dan amarah.
Adapun terciptanya pengajaran sepenuh hati adalah upaya guru untuk memberikan pengajaran sesuai dengan proporsi kemampuan peserta didik, mengajar secara baik, dan menarik minat peserta didik.









BAB III
PENUTUP
3.                  Kesimpulan
Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Proses penjernihan emosi (Zero Mind Procees) adalah proses dimana semua emosi dan pikiran kita dinol-kan dari belenggu yang menutupi potensi manusia agar mampu mengeluarkan Spiritual Power (kekuatan spiritual) yang dimilikinya.
2.    langkah-langkah untuk menuju kebersihan jiwa (zero mind), dalam rangka meingkatkan emotional dan spiritual yang lebih tinggi, yaitu : positif thinking, tinggalkan prinsip hidup yang salah, berpikirlah merdeka, dengarkan suara hati dengan berprinsip kerena Allah, berpikir dari sudut pandang yang adil dengan sumber suara hati (asmaul husna), periksa pikiran sebelum menilai segala sesuatu (lihatlah sesuatu kerena apa adanya, jangan terbelenggu dengan literature kerena semuanya bersumber dari Allah).
3.    Dari proses tersebut diharapkan dapat dijadikan pedoman dan prinsip oleh setiap pendidik dalam proses belajar maupun pengajaran terhadap peserta didik.
4.    Sebagai seorang guru harus berpusat pada hati dalam melakukan aktivitas pengajaran. Maksudnya adalah bahwa segala sesuatu yang menyangkut keputusan dan tindakan pengajaran kita senantiasa diselaraskan dengan suara hati kita.

4.                  Saran
 Sepenuhnya saya menyadari bahwa banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu  saya harapkan krtik dan saran dari  dosen pembimbing dan pembaca sekalian yang sifatnya membangun.       


DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar. 2004. ESQ: Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual. Jakarta: Penerbit Arga.
Agustin, Ary Ginanjar. 2005. ESQ: Emotional Spiritual Quotien. Jakarta : Penerbit Arga.
Al-Qur’an. Surah Al-Kabuut. Ayat 41.
Al-Qur’an. Surah Yusuf. Ayat 53.  
                                         


Tidak ada komentar:

Posting Komentar