BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti menghadapi berbagai masalah
yang sangat banyak dari segala aspek. Dan dalam keseharian kita mengenal yang namanya
IQ (Intellegence Quotient) yang merupakan cara untuk membuat suatu penilaian
kecerdasan seseorang dengan parameter verbal dan numerikal yang dipercaya
sangat menentukan tingkat kesuksesan seseorang. Kemudian teori itu kemudian
tumbang dan dibantah dengan adanya penilaian EQ (Emotional Quotient) yang
merupakan parameter emosional seseorang dalam penentuan kesuksesannya dihari
mendatang,
Kedua segi diatas adalah suatu parameter yang dipercaya dan tidak
menyinggung persoalan sisi religi dan spiritual sama sekali, yang tidak dapat
ditinggalkan dalam semua segi keduniawian. Kalau IQ seseorang itu dari mulai
dia kecil tidak dapat ditingkatkan, tetapi kalau EQ seseorang dapat dilatih dan
ditingkatkan dengan cara-cara tertentu.
ESQ (Emotional Spiritual Quotient) merupakan pelatihan untuk meningkatkan tingkat EQ seseorang dengan
tidak meninggalkan sisi religi dan spiritualitasnya.
Dalam proses pelatihan peningkatan tingkat EQ yang berhubungan dengan
sisi religi dan spiritualitas, maka proses terseebut disebut juga sebagai
proses penjernihan emosi atau dalam istilah asing lebih dikenal sebagai Zero
Mind Process (selanjutnya disingkat ZMP). Maka dalam pembahasan kali ini,
penulis akan membahas beberapa penjelasan singkat langkah-langkah yang dapat
dicapai untuk menuju proses penjernihan tersebut, yang juga dapat digunakan
sebagai prinsip seorang pendidik dalam interaksinya terhadap peserta didik dan
dalam proses belajar mengajar. Dan juga beberapa penjelasan tentang kegunaan
suara hati atau kebersihan hati (yang merupakan hasil dari proses ZMP) dalam
kaitannya proses belajar mengajar di kelas maupun diluar kelas.s
BAB II
PENJERNIHAN
EMOSI (ZERO MIND PROCESS)
A. Hakikat Penjernihan Emosi
(ZMP)
Dalam
proses penjernihan emosi (ZMP), yang pertama-tama harus dilakukan adalah
mendahulukan pikiran obyektif yaitu dengan menjernihkan pikiran dari gangguan
hama yang mempengaruhi penilaian secara subyektif. Dalam penilaian terhadap
sesuatu adalah dengan menggunakan suara hati yang terdalam sebagai sumber
kebenaran, yang merupakan karunia Allah SWT.
Jikalau
dalam proses ini berhasil dilakukan maka yang terjadi adalah pikiran-pikiran
yang jernih dan bersih atau dapat disebut sebagai God Spot atau fitrah, yaitu
kembali pada hati dan pikiran yang bersifat merdeka serta bebas dari belenggu.
Maka dari
itu yang dimaksud dengan proses penjernihan emosi (Zero Mind Procees) adalah
proses dimana semua emosi dan pikiran kita dinol-kan dari belenggu yang
menutupi potensi manusia agar mampu mengeluarkan Spiritual Power (kekuatan
spiritual) yang dimilikinya. Hal-hal yang menutupi ini disebut sebagai
belenggu. Zero Mind Proses (ZMP) adalah suatu upaya untuk mengenali dan
menghapus apa yang menutupi potensi dalam God Spot. Bisa dikatakan langkah
pengenalan hama atau belenggu dan pembersihan God-Spot itulah yang disebut Zero
Mind Process atau pembentukan hati dan pikiran yang jernih dan suci.
B. Langkah-langkah dalam Penjernihan Emosi (ZMP)
Dalam
ESQ, langkah -langkah untuk menuju kebersihan jiwa (Zero Mind) dalam rangka
meningkatkan tingkat emotional dan spiritual yang lebih tinggi dapat dilatih
dengan tujuh langkah sebagai berikut :
1. Hindari
prasangka buruk, dan selalu mengupayakan berprasangka baik (positif thinking ).
Pekerjaan
yang didasari pada prasangka yang buruk akan berbuah kegagalan. Namun
sebaliknya apabila dalam pekerjaan selalu didasari pada prasangka yang baik,
maka akan berbuah keberhasilan yang baik pula.
Dalam hal
prasangka, sesungguhnya dibagi menjadi prasangka positif dan negatif (positif
thinking dan negatif thinking). Maka dalam prasangka yang pertama, positif,
selain berbuah keberhasilan, juga berbuah saling percaya antara satu dengan
yang lain, saling mendukung, adanya hubungan kooperatif, terbuka, dan dapat
menghasilkan performa yang terbaik dalam hidupnya.
Lain halnya dengan negatif, adalah kebalikan
dari positif. Yaitu akan terlahir sikap defensif tertutup antar sesama,
kemudian cenderung menahan informasi, tidak mau bekerja sama dengan yang lain,
juga tidak mampu bersinergi dengan orang lain, kinerja dalam kesehariannya akan
turun yang mengakibatkan turunnya performa, bahkan akan tersingkir ditengah
pergaulan sosialnya.
2.
Tinggalkan prinsip hidup yang salah, berprinsiplah selalu kepada Allah Yang
Maha Suci.
Dengan
adanya prinsip hidup yang benar, akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap
orang lain pula. Prinsip yang tidak fitrah atau prinsip hidup yang salah akan
berakibat terhadap kegagalan, lahiriah atau bathiniah.
Hanya
berprinsip pada sesuatu yang abadi dan kekal akan mampu membawa manusia kearah
kebahagiaan hakiki yaitu berprinsip pada Allah SWT yang
maha suci.
Allah
berfirman:
ã@sWtB úïÏ%©!$# (#räsªB$# `ÏB Âcrß «!$# uä!$uÏ9÷rr& È@sVyJx. ÏNqç6x6Zyèø9$# ôNxsªB$# $\F÷t/ (
¨bÎ)ur Æyd÷rr& ÏNqãç6ø9$# àMøt7s9 ÏNqç6x6Zyèø9$# ( öqs9 (#qçR$2 cqßJn=ôèt ÇÍÊÈ
Artinya:
"Perumpamaan orang yang
mengambil selain Allah sebagai pelindung adalah seperti laba-laba yang membuat
rumah untuk dirinya sendiri. Tetapi sebenarnya rumah laba-laba itu adalah
serapuh-rapuhnya rumah, jika mereka tahu" (QS,Al'Ankabuut :41).
3.
Bebaskan
diri dari pengalaman-pengalaman masa lalu yang membelenggu pikiran dan selalu
berpikirlah merdeka.
Dengan adanya pengalaman dalam kehidupan dan
lingkungan akan sangat mempengaruhi cara berpikir seseorang, yang berakibat
pada terciptanya sosok manusia hasil pembentukan lingkungan sosialnya.
Maka pengalaman-pengalaman hidup sangat berperan
dalam menciptakan pemikiran pemikiran seseorang, sehingga membentuk paradigma
yang melekat didalam pikirannya yang mana paradigma tersebut dijadikan sebagai
tolak ukur bagi dirinya, atau untuk menilai lingkungannya.
Hal ini jelas akan sangat merugikan dirinya
sendiri atau bahkan orang lain. Ini akan membatasi cara berpikir seseorang yang
menyebabkan ia akan melihat segala sesuatu dengan subyektif, bukan melihat
sesuatu secara riil dan obyektif. Oleh karena itu prinsip yang benar adalah
dengan membebaskan diri dari pengalaman-pengalaman yang membelenggu pikiran,
berfikirlah merdeka.
Allah berfirman:
xx. ( 2ö@t/ tb#u 4n?tã NÍkÍ5qè=è% $¨B (#qçR%x. tbqç6Å¡õ3t ÇÊÍÈ
Artinya:
"Sama sekali bukan! Tetapi hati
mereka telah dikuasai oleh apa yang mereka lakukan" (QS. Al-Muthaffifin : 14).
Jadi, jangan sampai dikendalikan
oleh aktivitas, oleh apa yang kita lakukan yang dapat membelenggu pikiran.
4.
Dengarkan semua suara hati peganglah prinsip
“Kerena Allah”, berpikirlah melingkar (circular thinking)
sebelum menentukan kepentingan dan prioritas, dan jadilah bijaksana (99
thinking Hats / asmaul husna)
Kepentingan tidak
sama dengan Prioritas,Kepentingan
lebih bersifat mikro (diri sendiri), sedangkan prioritas bersifat makro
(universe) yaitu mengarahkan untuk melaksanakan hal yang tepat, dan yang benar.
Jika kepentingan umum yang lebih dikedepankan maka prinsip yang benar akan
melahirkan juga prioritas apa yang akan didahulukan. Pada intinya prinsip akan
melahirkan prioritas. Dan orang yang bijaksana akan mengambil suatu keputusan
yang mempertimbangkan semua aspek sebagai satu kesatuan
tauhid atau prinsip keesaan.
5. Berpikirlah
secara integratif dan holistik dengan
melihat semua sudut pandang secara adil berdasarkan semua suara hati yang
bersumber dari Asmaul Husna.
Adalah
berpikir secara prinsip keesaan dan secara satu kesatuan pikiran dan tindakan.
Setelah itu agar dapat berprinsip dan mengingat sifat-sifat Allah pada Asmaul Husna.
Allah
berfirman:
!$tBur äÌht/é& ûÓŤøÿtR 4 ¨bÎ) }§øÿ¨Z9$# 8ou$¨BV{ Ïäþq¡9$$Î/ wÎ) $tB zOÏmu þÎn1u 4 ¨bÎ) În1u Öqàÿxî ×LìÏm§ ÇÎÌÈ
Artinya:
"Dan tidaklah aku melepaskan
diri dari kesalahan sungguh, nafsu manusia menyruh melakukan kejahatan, kecuali
yang diberikan rahmant oleh Tuhanku. Sungguh Tuhanku Maha Pengampun, Maha
Penyayang." (QS Yusuf : 53)
6. Periksa
pikiran kita terlebih dahulu sebelum menilai segala sesuatu. Jangan melihat
segala sesuatu karena pikiran, tetapi lihatlah sesuatu karena apa adanya.
Dalam
sebuah penilaian terhadap sesuatu, kita sering dihadapkan pada masalah
perbandingan yang sesuai dengan pengalaman yang telah dialami sebelumnya dan
bayangan yang ada di alam pikirnya tersebut. Karena. Paradigma penilaian dalam
pikiran kita begitu mudah berubah berdasarkan pada
ketangguhan pribadi.
7. Ingatlah bahwa semua kebenaran bersumber dari
Allah SWT, dan jangan terbelenggu dengan literatur
Semua kebenaran pada akhirnya kelak akan tiba di
satu sumber, baik secara sadar atau tanpa disadari. Semua akan mengakui
kebenaran Allah SWT dan Al-Qur'an serta ajaran Nabi Muhammad SAW pada akhirnya.
Dan bahwa suara hati sebenarnya dorongan yang berasal dari sifat-sifat
ke-Ilahian.
Allah
berfirman:
uqèdur üÏ%©!$# r't±Sr& â/ä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur 4 WxÎ=s% $¨B tbrãä3ô±n@ ÇÐÑÈ
Artinya:
"Ialah yang menciptakan
pendengaran, penglihatan dan hati bagimu tetapi sedikit saja kamu
bersyukur." (QS. Al-Mu'minin : 78).
Jadi janganlah terbelenggu oleh
literatur-literatur, berpikirlah dengan merdeka, jadilah orang yang berhati
"ummi".
Ketujuh
sifat diatas, diharapkan dimiliki oleh setiap individu dari kita, bahkan
seorang gurupun harus memiliki sifat-sifat diatas guna menjadikan pedoman dan
landasan dalam berpikir obyektif dan secara jernih dengan didahului oleh
kemampuan mengenali faktor-faktor yang mempengaruhinya. Cara yang paling
sederhana adalah dengan mengembalikan manusia pada fitrah hatinya atau
"God Spot". Sehingga manusia yang disini adalah guru, akan mampu
melihat dengan "mata hati", mampu memilih dengan tepat,
memprioritaskan dengan benar. Dari cara melihat yang obyektif ini maka
keputusan yang diambil akan benar-benar dengan cara yang adil dan bijaksana
sesuai dengan fitrah dan suara hati.
C. Kebersihan Hati
Bagi
setiap insan, hati adalah pusat kontrol diri atau pimpinan bagi diri di dunia
yang fana ini. karena itu, agar diri tetap berada pada jalan kebenaran
dibutuhkan pimpinan yang baik.
Pimpinan
yang baik akan membimbing kita pada jalan Allah dan rasul-Nya serta pimpinan
yang buruk akan membawa kita pada keinginan nafsu semata.
Hati itu
bagaikan cermin, jikalau bersih akan memantulkan kesempurnaan diri kita, tetapi
jikalau kotor tiada muncul yang lain kecuali keburukan semata. Karenanya, hati
harus senantiasa dibersihkan. Bersihnya hati akan senantiasa memantulkan cahaya
kebenaran.
Ary
Ginanjar dalam ESQ meyakini bahwa semua jawaban suara hati kita tentang
nilai-nilai kebenaran sama persis dengan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam
al-Qur'an, yakni yang terkumpul dalam Asmaul Husna. Sifat-sifat Allah tersebut
dapat dijadikan barometer untuk memastikan bahwa suara hati kita terbebas dari
nafsu dan bisikan syetan. Dan barometer tersebut dapat digunakan oleh para guru
saat mendengarkan suara hatinya.
Untuk
dapat mendengarkan suara hati tersebut, kita harus berpusat pada hati dalam
melakukan aktivitas pengajaran. Maksudnya adalah bahwa segala sesuatu yang
menyangkut keputusan dan tindakan pengajaran kita senantiasa diselaraskan
dengan suara hati kita. Yakinilah bahwa prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang
diyakini sebagai pusat kehidupan memiliki daya magnetis dengan kebenaran suara
hati nurani. Bila hati sudah memiliki kekuatan dan cahaya, segala bisikannya
adalah suara prinsip-prinsip kebenaran dan nilai-nilai Ilahiyah. Inilah yang
akan membimbing kita dalam keputusan-keputusan yang kita buat serta menjadi
sumber motivasi dan rujukan untuk bertindak dan beraktivitas dalam dunia
kehidupan dan pengajaran. Suara ini akan mengarahkan kita pada pilihan-pilihan,
baik secara pribadi, keluarga, dunia profesi, mitra kerja, dunia bisnis,
aktivitas ritual, sosial, maupun untuk kesenangan.
Menemukan suara hati dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut;
1.
Bila
mendapatkan masalah segera kembalikan pada hati, biarkan semua hal terucapkan
dalam hati, dengarlah yagn sesuai dengan sifat Asmaul Husna dan tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai hakiki.
Bila hati sudah menjadi pusat dari prinsip dan
nilai-nilai hakiki, akan muncul hal-hal sebagai berikut:
1. Tumbuh
kepribadian dengan sifat-sifat Ilahiyah
Kepribadian dengan sifat-sifat Ilahiyah akan
membawa guru pada sifat belas kasih kepada peserta didik dan memperlakukannya
sebagai anak. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya aku bagi kalian adalah
bagaikan bapak terhadap anaknya (prinsip meyakini pembawa risalah
kebenaran)". Prinsip keteladanan menjadikan
proses mengajar bagian dari taqarrub kepada Allah. Juga tidak merasa berjasa
pada peserta didik. Sekalipun jasa itu besar, memandang mereka juga memiliki
jasa karena sudah mengondisikan hatinya untuk mendekatkan diri pada Allah SWT
dengan menanamkan ilmu kepadanya.
Kalau berbicara tentang suara
hati, adalah bisikan yang datang dari hati nurani yang tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai hakiki. Energi spiritual adalah kekuatan
atau dorongan yang datang dari hati sanubari yang sudah tersucikan dari nafsu
dan amarah. Suara hati yang disertai energi spiritual ini melahirkan kepribadian
ilahi.
2.
Pemanfaatan
panca-indera, otak kiri, otak kanan, dan hati secara optimal dan proporsional.
Pemanfaatan panca-indera, otka
kiri, otak kanan, dan hati secara optimal dan proporsional memberikan tugas
pada guru untuk tidak meninggalkan nasihat memacu prestasi peserta didik sesuai
dengan kemampuan dan bakat, dan sebaliknya meninggalkan kesombongan karena
merasa diri lebih unggul disbanding peserta didik lain. Guru
tidak mencela sesame gur dan pelajaran berlainan karena semua ilmu bersumber
dari satu sumber risalah.
c. Tercipta
pengajaran sepenuh hati, yang bebas dari energi negative, nafsu, dan amarah.
Adapun terciptanya pengajaran sepenuh hati adalah
upaya guru untuk memberikan pengajaran sesuai dengan proporsi kemampuan peserta
didik, mengajar secara baik, dan menarik minat peserta didik.
BAB III
PENUTUP
3.
Kesimpulan
Dari
pemaparan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Proses
penjernihan emosi (Zero Mind Procees) adalah proses dimana semua emosi dan
pikiran kita dinol-kan dari belenggu yang menutupi potensi manusia agar mampu mengeluarkan
Spiritual Power (kekuatan spiritual) yang dimilikinya.
2.
langkah-langkah
untuk menuju kebersihan jiwa (zero mind), dalam rangka meingkatkan emotional
dan spiritual yang lebih tinggi, yaitu : positif thinking, tinggalkan prinsip
hidup yang salah, berpikirlah merdeka, dengarkan suara hati dengan berprinsip
kerena Allah, berpikir dari sudut pandang yang adil dengan sumber suara hati
(asmaul husna), periksa pikiran sebelum menilai segala sesuatu (lihatlah
sesuatu kerena apa adanya, jangan terbelenggu dengan literature kerena semuanya
bersumber dari Allah).
3.
Dari proses
tersebut diharapkan dapat dijadikan pedoman dan prinsip oleh setiap pendidik
dalam proses belajar maupun pengajaran terhadap peserta didik.
4.
Sebagai
seorang guru harus berpusat pada hati dalam melakukan aktivitas pengajaran.
Maksudnya adalah bahwa segala sesuatu yang menyangkut keputusan dan tindakan
pengajaran kita senantiasa diselaraskan dengan suara hati kita.
4.
Saran
Sepenuhnya saya
menyadari bahwa banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya harapkan krtik dan saran dari dosen pembimbing dan pembaca sekalian yang
sifatnya membangun.
DAFTAR
PUSTAKA
Agustian,
Ary Ginanjar. 2004. ESQ: Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual.
Jakarta: Penerbit Arga.
Agustin, Ary Ginanjar. 2005. ESQ: Emotional
Spiritual Quotien. Jakarta : Penerbit Arga.
Al-Qur’an. Surah Al-Kabuut. Ayat 41.
Al-Qur’an. Surah Yusuf. Ayat 53.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar