BAB I
SELUK BELUK KELUARGA
A.
Definisi dan Istilah
Dalam Keluarga
Definisi
keluarga dikemukakan oleh beberapa ahli :
1. Reisner (1980)
Keluarga
adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing
mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek
dan nenek.
2. Logan’s (1979)
Keluarga
adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan beberapa komponen yang saling
berinteraksi satu sama lain.
3. Gillis (1983)
Keluarga
adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki
tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai arti
sebagaimana unit individu.
4. Duvall
Keluarga
merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap
anggota.
5.
Bailon dan Maglaya
Keluarga
adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi
satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu
budaya.
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu
dengan anaknya. Ada beberapa istilah
dalam keluarga, yaitu :
1.
Keluarga
Sejahtera
Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan
Yang Esa, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan
antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996), tahapan keluarga
sejahtera terdiri dari:
Prasejahtera
:
Keluarga
yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau belum
seluruhnya terpenuhi seperti: spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan
KB.
Sejahtera I :
Keluarga
yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB,
interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
Sejahtera II :
Keluarga
yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan social psikologisnya
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi
Sejahtera III :
Keluarga
yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan,
tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat atau
kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan berperan
aktif dalam kegiatan masyarakat
Sejahtera III plus :
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial
psikologis dan pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur
dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian social
yang tinggi.
2.
Kualitas keluarga
Kondisi
keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, social budaya,
kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai agama yang merupakan
dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.
3.
Kemandirian
keluarga
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat
dalam pembangunan, mendewasakan usia
perkawinanan, membina dan meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur kelahiran
dan mengembangkan kualitas dan keejahteraan keluarga, berdasarkan kesadaran dan
tanggungjawab. Ketahanan Keluarga Kondisi
dinamik sebuah keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung
kemampuan fisik-material dan psikis-mental spiritual guna hidup mandiri dan
mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan
kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
B.
Tipe/Bentuk Keluarga
1.
Tradisional
·
Keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak (keluarga inti)
· Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
· Keluarga usila atau Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan
anak yang sudah memisahkan diri.
· Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi
pada wanita.
· Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua
(kakek-nenek), keponakan.
· Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan
anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
· Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pad saat ”weekend”.
· Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
· Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama
(contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon,dll)
· Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
· Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)
2.
Non-Tradisional
· Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
· Keluarga dengan orang tua tiri.
· Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan
anak bersama.
· Keluarga yang hidup bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
· Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
”marital pathners”.
· Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena
beberapa alasan tertentu.
· Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya,
berbagi sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.
· Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga
bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
· Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di
dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
· Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan
atau problem kesehatan mental.
· Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
C.
Struktur dan Fungsi
Keluarga
Struktur dan fungsi
merupakan hal yang berhubungan erat dan terus menerus berinteraksi satu sama lain. Struktur
didasarkan pada organisasi, yaitu perilaku anggota keluarga dan pola hubungan
dalam keluarga. Hubungan yang ada dapat bersifat kompleks, misalnya seorang
wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu, sebagai menantu, dll yang semua itu
mempunyai kebutuhan, peran dan harapan yang berbeda. Pola hubungan itu akan
membentuk kekuatan dan struktur peran dalam keluarga. Struktur keluarga dapat
diperluas dan dipersempit tergantung dari kemampuan dari keluarga tersebut untuk
merespon stressor yang ada dalam keluarga. Struktur keluarga yang sangat kaku
atau sangat fleksibel dapat mengganggu atau merusak fungsi keluarga.
Fungsi
keluarga yang berhubungan dengan struktur:
a.
Struktur egalisasi :
masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan pendapat
(demokrasi)
b.
Struktur yang hangat,
menerima dan toleransi
c.
Struktur yang terbuka, dan
anggota yang terbuka : mendorong kejujuran dan kebenaran (honesty and
authenticity)
d.
Struktur yang kaku : suka
melawan dan tergantung pada peraturan
e.
Struktur yang bebas : tidak
adanya aturan yang memaksakan (permisivenes)
f.
Struktur yang kasar : abuse
(menyiksa, kejam dan kasar)
g.
Suasana emosi yang dingin
(isolasi, sukar berteman)
h.
Disorganisasi keluarga
(disfungsi individu, stress emosional)
D. Tahap Perkembangan Keluarga
Didalam keluarga juga terdapat perkembangan dengan Tahapan
perkembangan keluarga seperti :
a. Pasangan baru (keluarga baru)
v Membina hubungan dan kepuasan bersama
v Menetapkan tujuan bersama
v Mengembangkan keakraban
v Membina hubungan dengan kelaurga lain, teman, kelompok sosial
v Diskusi tentang anak yang diharapkan
b. Child bearing (menanti kelahiran)
v Persiapan untuk bayi
v Role masing-masing dan tanggung jawab
v Persiapan biaya
v Adaptasi dengan pola hubungan seksual
v Pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua
c. Keluarga dengan anak pra-remaja
v Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan keluarga
v Merencanakan kelahiran anak kemudian
v Pembagian tanggung jawab dengan anggota keluarga
d. Keluarga dengan anak sekolah
v Menyediakan aktivitas untuk anak
v Biaya yang diperlukan semakin meningkat
v Kerjasama dengan penyelenggara kerja
v Memperhatikan kepuasan anggota kelaurga dan pasangan
v Sistem komunikasi keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
v Menyediakan fasilitas dengan kebutuhan yang berbeda
v Menyertakan remaja untuk tanggung jawab dalam keluarga
v Mencegah adanya gap komunikasi
v Mempertahankan filosuf hidup dalam keluarga
f. Keluarga dengan anak dewasa
(pelepasan)
v Penataan kembali fasilitas dan sumber-sumber
v Penataan kembali tanggung jawab antar anak
v Kembali suasana suami istri
v Mempertahankan komunikasi terbuka
v Meluasnya keluarga dengan pelepasan anak dan mendapatkan menantu
g. Keluarga dengan usia pertengahan
v Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
v Tanggung jawab semua tugas rumah tangga
v Keakraban pasangan
v Mempertahankan kontak dengan anak
v Partisipasi aktivitas sosial
h. Keluarga dengan usia lanjut
v Persiapan dan menghadapi masa pensiun
v Kesadaran untuk saling merawat
v Persiapan suasana kesepian dan perpisahan
v Pertahankan kontak dengan anak cucu
v Menemukan arti hidup
v Mempertahankan kontak dengan masyarakat
BAB
II
KESIMPULAN
Keluarga adalah satuan unit terkecil
yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang merupakan sistem sosial yang saling
bergantung dan kumpulan yang saling berinteraksi antara satu dengan yang
lainnya. Tipe keluarga terbagi 2 yaitu keluarga tradisional dan keluarga non-
tradisional. Struktur dalam keluarga termasuk struktur peran yang harus
dijalani oleh setiap individu sesuai dengan perannya. Peran ayah, ibu dan anak
berbeda satu dengan yang lainnya meskipun dapat dilakukan secara bersama-sama.
fungsi didalam keluarga antara lain fungsi afektif dan koping, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi,
fungsi ekonomi, dan fungsi fisik Keluarga dipandang sebagai sistem sosial
terbuka yang ada dan berinteraksi dengan sistem yang lebih besar. Didalam
keluarga juga terdapat pengelolaan yaitu, Perencanaan, Operasional,
Organisasi, Koordinasi, Pengendalian dan pengawasan, Penganggaran. Jadi,
Keluarga merupakan sistem terbuka yang dapat berkembang sesuai dengan fungsinya
sebagai keluarga yang dapat diterima didalam lingkungan social.
DAFTAR
PUSTAKA
Syaripudin, Tatang. (2008). Pedagogik Teoritis Sistematis. Percikan
Ilmu: Bandung.
Ahmadi, Abu. (2002). Psikologi Sosial. Rineka Cipta:
Jakarta.
Masngudin Hms. (2008). Kenakalan Remaja Sebagai Perilaku
Menyimpang Hubungannya Dengan Keberfungsian Sosial Keluarga. Kasus Di Pondok
Pinang Pinggiran Kota Metropolitan Jakarta.
http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/Masngudin.htm[15
Desember 2008]
Meda Wahini. (2008). Keluarga Sebagai Tempat Pertama Dan Utama Terjadinya
Sosialisasi Pada Anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar