Daftar Blog Saya

Rabu, 21 September 2011

Hubungan Pribadi dan Mental Sehat


BAB I
HUBUNGAN PRIBADI DAN MENTAL SEHAT 
A.      Kesehatan Mental
Pengetahuan tentang kesehatan mental berkembang secara luas di negara-negara maju, terutama dalam beberapa tahun terakhir ini. Di beberapa negara pembahasannya telah samapai pada tingkat mencari jalan pencegahan (preventive) agar orang tidak menderita kegelisahan dan gangguan jiwa. Meskipun sering digunakan istilah kesehatan mental, namun pengertiannya masih kabur dan kurang jelas bagi orang awam.
Daradjat (1995:11) memberi definisi kesehatan mental, antara lain:
1.         Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
2.         Kesehatan mental adalah kemampuan untuk mnyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.
3.         Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat, dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.
4.         Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Sedangkan menurut Bastaman (1995: 132) mengutip pendapat Saparinah Sadli, guru besar Fakultas Psikologi UI tentang kesehatan mental, yaitu:
1.         Orientasi klasik. Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai keluhan tertentu, seperti; ketenangan, rasa lelah, cemas, rendah diri, atau perasan tidak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan "sakit" atau "rasa tidak sehat" serta mengganggu efesiensi aktivitas sehari-hari. Orientasi ini banyak dianut di lingkungan kedokteran.
2.         Orientasi penyesuaian diri. Seseorang dianggap sehat secara psikologis, bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntunan orang lain serta lingkungan sekitarnya.
3.         Orientasi pengembangan potensi. Seseorang dianggap sehat, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensinya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain serta dirinya sendiri.
Dari pelbagai definisi di atas dapat ditarik benang merah, bahwa kesehatan mental adalah suatu kondisi yang dialami seseorang yang mana ia tidak mendapatkan gangguan atau penyakit jiwa, sehingga ia mampu menyesuaian diri dengan dirinya sendiri serta lingkungannya, serta mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara harmonis dan seimbang.
Adapun gangguan atau penyakit jiwa di masyarakat antara lain:
1.         Fobia, yaitu rasa takut yang tidak rasional dan tidak realistis, yang bersangkutan tahu dan sadar benar akan ketidakrasionalnya dan ketidakbenarannya, namun ia tidak mampu mencegah dan mengendalikan diri dari rasa takut itu.
2.         Obsesi, yaitu corak pikiran yang sifatnya terpaku (persistent) dan berulangkali muncul. Yang bersangkutan tahu benar akan kelaianan pikirannya itu, namun ia tidak mampu mengalihkan pikirannya pada  masalah lain dan tidak mampu mencegah munculnya pikiran itu yang selalu timbul berulang-ulang.
3.         Kompulsi, yaitu suatu pola tindakan atau perbuatan yang diuang-ulang. Yang bersangkutan tahu benar bahwa perbuatan mengulang-ulang itu tidak benar dan tidak rasional, namun yang bersangkutan tidak mampu mencegah perbuatannya sendiri (Hawari, 1995: 253).
Dalam pandangan psikologi Islam, penyakit mental yang biasa berjangkit pada diri manusia, antara lain:
1.         Riya'. Penyakit ini mengandung tipuan, sebab menyatakan sesuatu yang tidak sebenarnya, orang yang berbuat riya' mengatakan atau melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan hakikat yang sebenarnya.
2.         Hasad dan dengki, yaitu suatu sikap yang  melahirkan sakit hati apabila orang lain mendapat kesenangan dan kemuliaan, dan ingin agar kesenangan dan kemulian itu hilang dari orang tersebut dan beralih kepada dirinya.
3.         Rakus, yaitu keinginan yang berlebihan untuk makan.
4.         Was-was. Penyakit ini sebagai akibat dari bisikan hati, cita-cita, dan angan-angan dalam nafsunya dan kelezatan.
5.         Berbicara berlebihan. Keinginan berbicara banyak merupakan salah satu kwalitas manusia yang paling merusak. Hal ini dapat mengahantarkan kepada pembicaraan yang tidak berguna dan berbohong.
6.         Dan lain sebagainya (Langgulung, 1986: 328).

Kehidupan menuntut peran kesehatan jiwa untuk lebih maju lagi sejalan dengan peningkatan tuntutan hidup. Sumber daya manusia juga dituntut lebih meningkat, juga kemampuan hidup masyarakat agar dapat lebih baik selaras dengan kemajuan teknologi yang diterapkan dalam kehidupan manusia. Ini tidak terlepas dari kesehatan mental dari manusia itu sendiri. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, perlu adanya perhatian khusus dalam setiap bidang kehidupan. Tidak terkecuali kesehatan mental seseorang. Mental yang sehat membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Bagaimana bisa seorang yang menderita sakit jiwa dapat bekerja? Apalagi untuk menjadi berkualitas. Sehingga tidak hanya memikirkan bagaimana sebuah negara memiliki banyak orang yang sehat secara fisik untuk menjadi SDM yang berkualitas. Melainkan bagaimana kondisi mental yang harus dimiliki agar terbentuk SDM yang berkualitas.
Fisik dan mental adalah kesatuan dalam eksistensi manusia. Kesehatan fisik manusia mempengaruhi mental, sebaliknya mental mempengaruhi keadaan fisik. Ini berarti selalu ada keterkaitan antara keduanya sehinga akan terasa kurang jika hanya membahas salah satunya saja. Tapi pada artikel ini, akan lebih difokuskan pada kesehatan mental.
Federasi Kesehatan Mental Dunia (world faderation for Mental Health) pada saat kongres kesehatan mental di London, 1948 merumuskan pengertian kesehatan mental sebagai berikut :
(1)               Kesehatan mental sebagai kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang optimal baik secara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan keadaaan orang lain.
(2)               Sebuah masyarakat yang baik adalah masyarakat yang membolehkan perkembangan ini pada anggota masyarakatnya selain pada saat yang sama menjamin dirinya berkembang dan toleran terhadap masyarakat yang lain (WFMH, 1961).
Dalam konteks Federasi Kesehatan Mental Dunia ini jelas bahwa kesehatan mental itu tidak cukup dalam pandangan individual belaka tetapi sekaligus mendapatkan dukungan dari masyarakatnya untuk berkembang secara optimal. Sehingga perlu adanya komunikasi yang baik antara individu itu sendiri dengan masyarakatnya. Dengan adanya pemahaman bersama oleh setiap individu mengenai kesehatan mental, maka akan tercipta SDM yang berkualitas. Golden Allport (1950) menyebut mental yang sehat dengan maturity personality. Dikatakan bahwa untuk mencapai kondisi yang matang perlu melalui proses hidup yang disebutnya dengan proses becoming. Orang yang matang jika:
(1)               Memiliki kepekaan pada diri secara luas;
(2)               Hangat dalam berhubungan dengan orang lain;
(3)               Keamanan emosional atau penerimaan diri;
(4)               Persepsi yang realistik, keterampilan dan pekerjaan;
(5)               Mampu menilai diri secara obyektif dan memahami humor; dan
(6)               Menyatunya filosofi hidup.
Setiap orang perlu memupuk kesehatan mental sehingga tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam arti manusia yang mampu mengolah alamnya dengan baik, manusia yang mampu menjadi pemikir bangsa juga menjalankan roda pemerintahan. Ini bisa terwujud dengan banyak cara, salah satunya adalah membina hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar. Dengan adanya hubungan yang baik, maka seseorang akan lebih mudah dalam berinteraksi. Ini juga akan berpengaruh pada kualitas kerjanya. Seseorang yang tidak stress akan dengan mudah menyelesaikan segala pekerjaannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan mental seseorang seperti pola asuh keluarga dan hubungan dengan lingkungan sosial. Orang yang mengalami gangguan emosional dapat berakibat pada pengurangan interaksi sosial. Dan rendahnya interaksi sosial akan menimbulkan gangguan mental. Sehingga akan menjadikan tidak efektifnya kerja seseorang.
Kesehatan mental pada prinsipnya berlaku bagi semua lapisan usia. Anak, remaja, orang dewasa dan lansia membutuhkan kesehatan mental sesuai dengan perkembangannya. Kesehatan mental bagi anak, selain bermaksud menumbuh-kembangkan potensi yang dimiliki, sekaligus mencegah kemungkinan munculnya gangguan mental. Hal yang sama juga berlaku bagi remaja. Sedangkan kesehatan mental bagi dewasa dan lansia, sekalipun aspek promosi kesehatan mental tetap dibutuhkan, yang juga sangat penting diperhatikan adalah mempertahankan kemampuan yang dimiliki sekaligus mencegah munculnya gangguan mental pada mereka. Kesehatan mental bagi anak, remaja, orang dewasa dan lansia dapat dikembangkan melalui program-program yang efektif dan dapat melibatkan sasaran yang lebih luas.
Jadi, manusia dikatakan berkualitas atau memiliki kualitas yang baik jika mereka mampu menjaga kesehatan fisik maupun mentalnya. Ini terus dilakukan secara berkala sepanjang hidup mereka. Disamping terus mengasah wawasan dan pengetahuan, menjaga kesehatan juga merupakan bagian terpenting dalam kehidupan. Sehingga jelaslah bahwa mental yang sehat akan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas.
Sehat mental bisa dibilang bebasnya jiwa dari penyakit rohani, macam stress atau depresi. Penyakit mental, biar tidak secanggih penyakit kanker atau darah tinggi, nggak boleh dianggap ringan. Pada jaman dan lingkungan yang semakin modern, ternyata jumlah orang yang menderita sakit mental semakin hari semakin banyak. Survei di Amrik sana saja sudah membuktikan kalau 1 dari 5 anak dan orang dewasa pasti ada yang terkena penyakit ini.
Semakin banyak orang yang kena sakit mental berarti semakin banyak juga jumlah pemakai obat penenang, macam Prozac. Nah, ini yang bikin kita kuatir. Karena kalau selalu tergantung dengan obat penenang akan besar resikonya di masa mendatang. Jadi kuncinya adalah sederhana saja, yaitu mencegah ketimbang mengobati. Coba deh ikuti saran-saran kita di bawah ini dan praktekkan dalam satu minggu. Dijamin kesehatan pikiran dan tubuhmu akan bertambah baik.
Minggu : Saat yang tepat untuk bersantai, bisa sendiri maupun rame-rame. Tapi santai bukan sembarang santai lho. Santai yang oke adalah santai dengan meditasi, olah raga berjalan kaki, atau berdzikir. Kegiatan bersantai macam ini positif banget untuk menenangkan diri. Hasilnya pikiran jadi tajam, kepedulian kita pada diri sendiri dan lingkungan semakin peka. Pas banget buat mengumpulkan energi baru yang bakal kita butuhkan untuk tujuh hari kedepan.
Senin: Buat rencana dan jadwal. Pilih tugas mana saja yang musti diselesaikan minggu ini sekaligus jadwal waktu kapan dan bagaimana tugas itu harus dikerjakan. Kalau tugas yang ada sangat banyak, pilih beberapa buat dikerjakan minggu depannya lagi. Sebaliknya, kalo tugas yang ada sangat sedikit, buat kegiatan baru yang bisa menambah kemampuanmu.
Selasa : Bergaul dengan orang-orang yang mendukungmu. Menghabiskan waktu dengan anggota keluarga atau teman dekat tidak akan ada ruginya. Membuka lagi hubungan dengan teman-teman lama bisa menjauhkan kamu dari kebosanan rutinitas sehari-hari.
Rabu : Manjakan tubuh. Obat yang paling mujarab buat badan sehat adalah berolahraga. Daripada minum alkohol, merokok dan menghisap narkoba, jauh lebih baik dan bermanfaat kalau kita banyak minum air putih, makan makanan yang sehat dan istirahat yang cukup.
Kamis : Sumbangkan dirimu. Maksudnya adalah memberikan waktu dan tenaga kita untuk kepentingan sosial. Banyak riset membuktikan, kalau kita bisa membantu orang lain sedikit banyak rasa percaya diri kita juga bertambah. Efek positif lainnya adalah kamu bakal nambah teman baru lagi (asyik kan !).
Jumat : Perluas cakrawalamu. Apalagi kalau bukan dengan mengembangkan bakat dan minat kita, macam ikut les musik, main ke galeri, baca buku atau buat catatan harian.
Sabtu : Hargai diri sendiri. Ini yang penting dan butuh keseriusan kita. Mulailah bersikap ramah kepada diri sendiri dan hargai usaha sekecil apapun yang pernah kita lakukan. Buang deh pikiran-pikiran negatif tentang diri kita. Lebih baik kita mikirin 'harta karun' yang selama ini terpendam, macam bakat, kemampuan, penghargaan atau hadiah yang pernah kita dapat. Sewaktu-waktu kita lagi 'down' alias bete, kumpulan harta tersebut bisa menghibur hati.
Cara terbaik untuk mencegah terkena penyakit mental adalah belajar untuk menyayangi diri sendiri. Kalau kita sudah sayang dengan diri sendiri maka otomatis dong kesehatan mental kita juga akan dalam kondisi prima. Selamat mencoba !


KESIMPULAN

Pengetahuan tentang kesehatan mental berkembang secara luas di negara-negara maju, terutama dalam beberapa tahun terakhir ini. Dalam pandangan psikologi Islam, penyakit mental yang biasa berjangkit pada diri manusia, antara lain:
1.                  Riya'
2.                  Hasad dan dengki
3.                  Rakus
4.                  Was-was
5.                  Berbicara berlebihan
6.                  Dan lain sebagainya (Langgulung, 1986: 328).
Kehidupan menuntut peran kesehatan jiwa untuk lebih maju lagi sejalan dengan peningkatan tuntutan hidup. Sumber daya manusia juga dituntut lebih meningkat, juga kemampuan hidup masyarakat agar dapat lebih baik selaras dengan kemajuan teknologi yang diterapkan dalam kehidupan manusia.
manusia dikatakan berkualitas atau memiliki kualitas yang baik jika mereka mampu menjaga kesehatan fisik maupun mentalnya. Ini terus dilakukan secara berkala sepanjang hidup mereka. Disamping terus mengasah wawasan dan pengetahuan, menjaga kesehatan juga merupakan bagian terpenting dalam kehidupan. Sehingga jelaslah bahwa mental yang sehat akan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Casmini dkk, 2006, Kesehatan Mental, UIN SUKA
Moeljono Soedirjo dan Latipun, 2005, Kesehatan Mental Konsep dan Terapi, UMM Press
Zakiah Daradjat, 1995, Kesehatan Mental, Gunung Agung
Daradjat, Zakiah, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1994.
Langgulung, Hasan, Teori-Teori Kesehatan Mental, Jakarta: Pustaka al-Husna,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar